Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom BCA David Sumual memaparkan tiga alasan utama alasan Bank Indonesia (BI) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sebesar 4,1 hingga 5,1 persen di sepanjang 2021.
Adapun, BI sebelumnya memperkirakan pertumbuhan PDB sebesar 4,8 hingga 5,8 persen. Kemudian, BI kembali merevisi perkiraan tersebut menjadi 4,3 hingga 5,3 persen, sebelum proyeksi terbarunya pada pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Selasa (20/4/2021).
“Mungkin BI berusaha konservatif juga, karena ada beberapa hal yang dilihat terutama di kuartal I kan kemungkinan masih negatif pertumbuhannya,” jelas David kepada Bisnis, Selasa (20/4/2021).
Pertama, konsumsi barang tahan lama seperti mobil, motor, elektronik, sejauh ini belum pulih. Meskipun, kata David, komoditas tersebut meningkat sejak beberapa bulan terakhir.
“Tapi belum ke sisi sebelum pandemi. Untuk belanja barang tahan lama,” katanya.
Sementara itu, menurut David, secara keseluruhan transaksi sudah berada di level positif dan lebih tinggi daripada sebelum pandemi.
Kedua, terbatasnya vaksin yang dapat menyebabkan bergesernya target vaksinasi Indonesia sebelum mencapai herd immunity. Ketiga, larangan mudik menurunkan ekspektasi pertumbuhan pada kuartal II/2021. Padahal, menurut David, puncak aktivitas ekonomi di Indonesia terjadi pada saat Idulfitri dan libur Idulfitri.
Sementara, Idulfitri akan jatuh pada periode kuartal II/2021 atau Mei 2021. “Tapi kita tahu ini kan mobilitas dibatasi ya, dan ada larangan mudik. Jadi ini pasti akan mengganggu, pasti akan menurunkan ekspektasi pertumbuhan di kuartal II,” pungkasnya.
Sementara itu,bBerdasarkan data Kementerian Kesehatan, rerata jumlah penyuntikan vaksin Covid-19 selama Ramadan berada di kisaran 200 hingga 250.000 dosis per hari.
“Di bulan April terjadi penurunan penyuntikan per hari, saat puasa juga terjadi penurunan dosis penyuntikannya karena awal-awal puasa mungkin masih beradaptasi dengan kondisi tersebut,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi dalam diskusi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Minggu (18/4/2021).
Selain itu, Nadia menerangkan tren penurunan penyuntikan tersebut juga disebabkan karena jumlah dosis vaksin Covid-19 yang terbatas. Pada bulan Maret, jumlah stok vaksin jadi mencapai 18 juta. Hanya saja, stok itu mengalami penurunan sekitar 7 hingga 15 juta pada April.