Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun ibu kota negara (IKN) nantinya pindah ke Kalimantan Timur, para pengembang meyakini properti di Jabodetabek tak akan ditinggalkan. Harganya pun tidak akan turun.
Wakil Ketua Umum DPP REI Bambang Eka Jaya mengatakan perpindahan IKN ke Kaltim ini akan menjadi tren yang positif dan penyebarannya makin merata.
"Pusat ekonomi di Kalimantan pasti akan tumbuh, Kaltim akan berkembang, sektor properti di sana juga akan berkembang, dan tak hanya di Pulau Jawa," ujarnya kepada Bisnis pada Senin (19/4/2021).
Dia yakin properti di Jabodetabek dan sekitarnya tetap diminati. Hal ini karena banyak infrastruktur yang tengah dibangun di Jawa Barat seperti contohnya kereta cepat Jakarta–Bandung.
"Infrastruktur yang masif ini tidak akan membuat pulau Jawa ditinggalkan. Properti yang berada deket infrastruktur transportasi yang diminati. Di Jawa sudah terbangun klaster tersendiri berupa perkantoran, kawasan industri, dan perumahan," kata Bambang.
Direktur Utama PT Tender Indonesia Tito Loho menuturkan perpindahan IKN akan berdampak pada pergerakan yang positif properti di IKN baru.
Baca Juga
"Bangun rumah, ruko, superblok, tower di ibu kota ini akan mendorong turunannya. Properti bergerak ke depan berdampak pada banyak sektor," ucapnya.
Meskipun ibu kota pindah, properti di Jabodetabek akan tetap tumbuh. Pasalnya, permintaan masyarakat Indonesia sebesar 60 persen hingga 70 persen berada di Pulau Jawa. Selain itu, banyak proyek infrastruktur Jawa terutama Jabodetabek yang terus dibangun sehingga menjadi daya tarik bagi properti.
"Orang takut Jabodetabek ditinggalkan. Kalau negara itu besar, politiknya stabil tentu dibutuhkan pusat pertumbuhan. Terlebih di Jawa terutama Jabodetabek, infrastruktur bagus, ada kawasan industri sehingga ini tetap diminati. Biarlah Kaltim jadi ibu kota negara, Jakarta jadi ibu kota Asean," tutur Tito.
Ketua Umum DPP Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong menuturkan saat ini kondisi properti di Kaltim masih mengalami tekanan. Banyak developer yang mengurangi proyek properti. Selain itu, transaksi properti sekunder dalam setahun terakhir terbatas.
"Dengan nantinya IKN mulai bertahap pindah, vaksinasi berjalan lancar, saya yakin kondisi properti di sana akan lebih baik," ucapnya.
Dia meyakini wilayah Jabodetabek tak akan ditinggalkan meski ada ibu kota baru. Wilayah ini akan dikembangkan terus menjadi pusat bisnis, pusat keuangan, perdagangan, dan jasa berskala regional dan global. "Saya kira harga properti di Jabodetabek tak akan turun," kata Lukas.