Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reaktivasi Pariwisata Kepri, Ini Strategi Kemenparekraf

Hal tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo pada 16 Maret 2021 bahwa sektor pariwisata akan dibuka secara bertahap mulai Juni atau Juli mendatang.
Pengunjung berwisata mengenakan masker di Kepri Coral, Kota Batam, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu. ANTARA
Pengunjung berwisata mengenakan masker di Kepri Coral, Kota Batam, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu. ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memaparkan sejumlah strategi menjelang pembukaan pariwisata Kepulauan Riau pada Mei mendatang.

Reaktivasi ini diharapkan mampu membuka perbatasan Batam-Bintan sebagai proyek percontohan dengan negara tetangga, yaitu Singapura. 

Hal tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo pada 16 Maret 2021 bahwa sektor pariwisata akan dibuka secara bertahap mulai Juni atau Juli mendatang.

Adapun, pembukaan tersebut harus memperhatikan beberapa indikator tertentu, antara lain kurva penyebaran Covid-19 semakin melandai, vaksinasi semakin meluas, penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin, serta kesiapan dari destinasi wisata.

“Kita ingin mengetahui mulai dari kedatangan wisatawan mancanegara, bagaimana first impression-nya. Namun, yang tidak kalah penting adalah ketika meninggalkan Kepri, seperti ketika kita menonton film yang paling diingat adalah ending from the story. Jadi, ini memang harus end to end,” ujar Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya, dikutip dari keterangan resminya, Jumat (16/4/2021).

Pemerintah akan melakukan reaktivasi pariwisata di Kepulauan Riau dengan sejumlah langkah yakni pertama, kesiapan destinasi untuk menyusun peta zona dan rute aman berwisata.

Kesiapan ini dibutuhkan karena tidak semua destinasi bisa dibuka untuk umum. Untuk itu,  beberapa harus dipilih dan ditentukan mana yang dibuka untuk proyek percontohan dan mana yang tidak.

Kedua adalah vaksinasi. Kemenparekraf akan berupaya vaksinasi terus dilakukan penduduk lokal, pekerja pariwisata, maupun tenaga kesehatan guna mencapai herd community.

Terakhir, sertifikasi end to end, yakni penerapan protokol kesehatan. Penerapan ini dilakukan mulai dari ketibaan di negara tujuan, proses imigrasi, pengambilan bagasi, penyewaan mobil, check in dan check out hotel, mengakses layanan-layanan di destinasi wisata, penerbangan pulang, dan ketibaan kembali di negara asal.

Kemenparekraf juga melakukan observasi lapangan untuk memastikan protokol CHSE diterapkan dengan benar.

Selain itu, telah dibentuk komite daerah untuk Batam-Bintan dan komite Kemenparekraf sehingga diharapkan dapat memudahkan komunikasi antara pusat dan daerah.

Yang tidak kalah penting adalah persiapan dari sisi kesehatan, misalnya faktor penmabahan kasus baru di kawasan ini.

Indikator lainnya adalah okupansi tempat tidur di rumah sakit harus dijaga di bawah 60 persen, okupansi ICU dipantau, dan positivity rate juga harus di bawah 5 persen.

Sementara Staf Ahli Menteri Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Kementerian Luar Negeri Siti Nugraha Mauludiah menekankan reaktivasi pariwisata ini hanya dapat dilakukan apabila Batam-Bintan telah memenuhi indikator siap dan aman.

“Kami berharap agar dalam waktu dekat seluruh kriteria reaktivasi ini dapat dicapai oleh Batam dan Bintan,” kata Siti Nugraha.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper