Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Peraih Nobel Peringatkan Risiko Penghindaran Pajak Kekayaan

Dorongan pemajakan orang kaya muncul dalam laporan Fiscal Monitor 2021 oleh IMF pekan lalu. Sekjen PBB Antonio Gutteres juga ikut mendukung rencana itu dengan mengatakan kebijakan tersebut dapat menjadi solusi atas ketimpangan global.
Suasana sepi di Tower Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Bloomberg/Simon Dawson
Suasana sepi di Tower Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Bloomberg/Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA - Pajak kekayaan digadang-gadang politisi dan sebagian pemimpin dunia untuk mendanai lonjakan utang karena pandemi.

Ekonom peraih Hadiah Nobel, Angus Deaton justru mengkritik wacana tersebut. Dia mengatakan pajak kekayaan adalah cara yang buruk untuk melunasi utang pandemi karena menciptakan peluang penghindaran.

Selain itu, meski diwacanakan menjadi kebijakan sementara, pajak kekayaan mungkin akan menjadi permanen jika diberlakukan.

"Pungutan pada orang berpenghasilan tinggi akan sangat sulit diterapkan dan memberikan insentif besar untuk menghindarinya dan mereka pasti akan menghindarinya," kata Deaton, yang juga profesor di Universitas Princeton, dilansir Bloomberg, Selasa (13/4/2021).

Dorongan pemajakan orang kaya muncul dalam laporan Fiscal Monitor 2021 oleh IMF pekan lalu. Sekjen PBB Antonio Gutteres juga ikut mendukung rencana itu dengan mengatakan kebijakan tersebut dapat menjadi solusi atas ketimpangan global yang diperparah oleh pandemi.

Deaton, penulis buku "Deaths of Despair", bersama istrinya yang juga ekonom, Anne Case, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa pajak kekayaan satu kali kemungkinan besar akan berubah menjadi permanen, seperti halnya yang terjadi di Inggris. Inggris memperkenalkan pajak atas gaji untuk mendanai Perang Napoleon pada 1800-an. Hingga kini, pajak itu menjadi salah satu sumber pendapatan paling menonjol.

Setelah satu dekade melakukan penghematan di Inggris usai krisis keuangan 2009, Deaton juga merekomendasikan pemerintah untuk tidak memotong anggaran layanan sosial. Dia memperingatkan bahwa penghematan pada pos krusial menciptakan bencana dengan memangkas dana untuk kesehatan dan pendidikan.

Dia memimpin panel ahli di Inggris yang meneliti cara memangkas ketidaksetaraan, di mana kaum muda dan mereka yang kurang berpendidikan semakin tertinggal di belakang orang kaya. Institute for Fiscal Studies berencana menerbitkan temuannya pada 2023.

Deaton mengatakan tren yang digarisbawahi pandemi sudah berlangsung di Amerika Serikat dan Inggris. Pertama, pendidikan menjadi variabel yang lebih penting dalam menentukan hajat hidup masyarakat. Kedua, pengangguran menjadi kurang relevan sebagai indikator kesehatan ekonomi.

Sementara pemulihan dari resesi yang disebabkan oleh pandemi akan menciptakan lapangan kerja, Deaton mengatakan masih banyak lagi yang tertinggal.

"Dalam ledakan ekonomi, akan selalu ada peningkatan, tetapi [ekonomi] tidak pernah mencapai puncak sebelumnya," kata Deaton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper