Bisnis.com, JAKARTA – PT Trans Retail Indonesia memutuskan untuk mempertahankan operasional toko yang dikelola meskipun gelombang penutupan gerai pada bisnis ritel modern format supermarket dan hypermarket masih marak terjadi.
Perusahaan bahkan berupaya merealisasikan rencana ekspansi yang sempat tertunda pada 2020.
“Saat ini kami memiliki 134 toko. Sampai saat ini kami melakukan efisiensi ketat sehingga kami berupaya tidak ada penutupan toko,” kata Vice President Corporate Communication PT Trans Retail Indonesia Satria Hamid saat dihubungi, Senin (5/4/2021).
Satria tidak memungkiri bahwa dampak pandemi Covid-19 masih terus dirasakan ritel modern. Sebagai bisnis yang langsung bersinggungan dengan konsumen, dia mengatakan dinamika yang terjadi di masyarakat selama pandemi secara otomatis akan terus menentukan kelanjutan bisnis.
Meski demikian, Satria menyampaikan penutupan gerai yang dilakukan perusahaan ritel biasanya diambil sebagai opsi terakhir. Penutupan biasanya dipilih setelah efisiensi dan penerapan beragam strategi tidak kunjung membuahkan hasil. Dalam hal ini, peluang naiknya penjualan saat Ramadan dan Idulfitri kerap dikesampingkan.
“Dari kacamata bisnis, selama toko masih menghasilkan dan mencatatkan pertumbuhan, penutupan akan dihindari. Aksi tutup biasanya dilakukan jika operasional toko membebani perusahaan. Secara umum memang bisnis ritel sedang sulit sekali,” lanjutnya.
Baca Juga
Momentum Ramadan dan Idulfitri diakui Satria bisa menjadi momentum bagi bisnis ritel untuk mendulang keuntungan. Dia mengharapkan penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah bisa tepat waktu sehingga mengerek daya beli masyarakat. Pencairan tunjangan hari raya (THR) kepada para aparatur sipil negara (ASN) juga diharapkan tidak ditunda.
Saat masa sulit ini, Satria mengatakan perusahaan telah menyiapkan stok barang yang memadai jelang Ramadan. Stok untuk Idulfitri bahkan sudah diantisipasi sejak dini.
Perusahaan pun dia sebut bakal mengupayakan realisasi pembukaan toko baru pada 2021 setelah sempat tertunda pada 2020 akibat pandemi. Rencananya, toko-toko baru ini akan dibuka di Sumatra Utara, Jawa Timur, dan Pulau Sulawesi.
Satria tidak memperinci lebih lanjut berapa jumlah toko yang ditargetkan bisa dibuka tahun ini.
Namun dia mengemukakan bahwa perusahaan harus mengkalkulasi ulang rencana pembukaan toko baru dengan mempertimbangkan sejumlah variabel yang cukup terpengaruh pandemi, yakni kondisi demografi masyarakat, kesiapan infrastruktur pendukung di lokasi, dan kondisi distribusi barang.