Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 memberikan dampak besar terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan produk domestik bruto (PDB) pada 2020 kuartal II, Indonesia mengalami kontraksi minus 5,32 persen dan 3,49 persen pada kuartal III.
Hal ini membuat pemerintah mengubah kebijakan untuk menyelamatkan kondisi ekonomi negara. Namun, di balik kesulitan tersebut nyatanya pandemi memberikan kesempatan beberapa sektor untuk semakin bertumbuh, salah satunya dengan transformasi ekonomi hijau.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan pandemi membuat pemerintah mereposisi langkah ke depan dengan mengutamakan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pembangunan Indonesia ke depan.
“Selain akselerasi otomasi dan digitalisasi tentunya ada tren yang mengharuskan kita semua melakukan pemulihan hijau. Ternyata Covid-19 berdampak pada tujuan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals, ada risiko ekonomi yang kita alami, penurunan daya beli masyarakat, angka kemiskinan meningkat sampai 10,9 persen pada September 2020,” katanya, Jumat (26/7/2021).
Transformasi yang dilakukan pemerintah untuk menghadapi krisis pandemi Covid-19 untuk ekonomi berkelanjutan yaitu dengan melakukan tiga tahap, yakni flattening the curve, lalu adaptasi Kebiasaan baru, dan antisipasi pandemi baru.
“Kita segera menurunkan jumlah kasus harian di Indonesia. Lalu memulihkan ekonomi tapi juga harus menyiapkan pondasi yang kokoh agar membawa percepatan ekonomi sehingga bisa tumbuh lebih tinggi sebelum pandemi. Tentunya akan diarahkan pada transfomasi hijau,” jelasnya.
Baca Juga
Bappenas juga sedang melakukan redesign transformasi ekonomi yang dilakukan sebelum kondisi krisis. Menurutnya, pasca pandemi Covid-19 ekonomi akan menuju pada pemulihan hijau dengan ekonomi sirkular menjadi langkah penting untuk menuju siklus yang lebih baik.
Hal ini lantaran ke depan ekonomi harus berevolusi mengingat selama ini ekonomi linear menunjukan adanya raw materials. Barang diproduksi, digunakan, lalu dibuang, sehingga tidak ada barang yang didaur ulang.
“Ekonomi linear ini yang harus kita kurangi nanti kita semua harus bertransisi menuju ekonomi sirkular. Ini akan menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi, lingkungan sosial dan sumber daya, tapi juga meminimalkan waste atau limbah dan buang ke lingkungan. Jadi apa yang kita gunakan kita bisa recycle dan digunakan kembali sebagai input produksi,” tuturnya.
Terlebih saat ini ada risiko sosial dan lingkungan seperti peningkatan sampah limbah B3, sampah plastik, sampah medis sebanyak 294 ton per hari akibat pandemi. Semakin banyak juga orang yang memilih kendaraan pribadi dibanding transportasi umum karena takut adanya penularan sehingga meningkatkan gas emisi rumah kaca.
Amalia menjelaskan prioritas ekonomi berkelanjutan akan menyasar sektor industri yang perlu didorong untuk ekonomi hijau berkelanjutan. Nantinya sektor energi akan diarahkan ke energi baru terbarukan.
“Dan yang terakhir itu investasi, ini akan kami arahkan ke investasi hijau. Kita berikan sesuatu insentif jadi catalyst ke investasi hijau, ini akan mendukung daya saing ekonomi yang lebih baik dan kontribusi yang lebih berkelanjutan,” katanya.