Bisnis.com, JAKARTA – PT Waskita Karya (Persero) Tbk. menyatakan membutuhkan tambahan dana sekitar Rp15,3 triliun sepanjang 2021. Karena itu, perseroan akan melakukan restrukturisasi kredit dan menerbitkan surat utang.
President Director Waskita Destiawan Soewardjono mengatakan tambahan dana tersebut dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur yang termasuk dalam program pemulihan infrastruktur nasional. Destiawan berujar perseroan telah melakukan negosiasi dengan pihak perbankan sejak 4 Maret 2021.
"Kami mendapatkan dukungan pemerintah untuk proses ini. Salah satu opsi yang sedang kami tempuh juga melalui penjaminan dari pemerintah,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (25/3/2021).
Destiawan menyampaikan ada beberapa skema restrukturisasi yang diajukan, seperti relaksasi jatuh tempo utang, penyesuaian tingkat bunga, dan penerbitan fasilitas jangka panjang baru.
Di samping itu, Destiawan mengatakan perusahaan telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan Penjaminan Pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 211/PMK.08/2020.
“Dengan penjaminan pemerintah maka kelayakan kredit Waskita akan meningkat, sehingga beban bunga pinjaman akan lebih kompetitif,” ucapnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Destiawan mengatakan perseroan juga akan melakukan digitalisasi dan inovasi metode kerja. Menurutnya, hal tersebut akan meningkatkan efisiensi dan daya saing perseroan.
Pasalnya, lanjut Destiawan, pekerjaan konstruksi dapat berjalan sesuai target atau lebih cepat. Alhasil, kepuasan pemilik proyek akan meningkat.
Adapun, bentuk transformasi digital yang akan diterapkan adalah building information modeling (BIM) dan sistem informasi geospasial (GIS). Destiawan berpendapat implementasi kedua teknologi tersebut akan membuat pengambilan keputusan di lapangan lebih optimal, cepat, dan tepat.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPT) Danang Parikesit mengatakan BIM adalah proses berbasis model 3 dimensi yang memberikan efisiensi proses konstruksi bangunan dan infrastruktur. Sejauh ini, teknologi tersebut telah diterapkan pada konstruksi Jalan Tol Pekanbaru-Dumai dan Jalan Tol Semarang-Demak.
Adapun, uji coba teknologi prediksi lubang dan retak direncanakan pada Februari 2021. Sementara itu, badan usaha jalan tol dijadwalkan untuk menindak lanjuti hasil pelaksanaan uji coba teknologi tersebut pada April 2021.
Seperti diketahui, teknologi prediksi retak dan lubang tersebut merupakan hasil kerja sama BPJT, Universitas Gajah Mada, PT Waskita Toll Road, dan PT Astra Infrastruktur.