Bisnis.com, JAKARTA - Australia akan mengalami lonjakan lapangan kerja hingga 150.000 posisi ketika program subsidi gaji JobKeeper pemerintah berakhir akhir bulan ini.
"Kami terus memantau dengan cermat situasi di berbagai sektor dan berharap bahwa akhir program JobKeeper akan menyebabkan beberapa bisnis tutup dan pekerjaan hilang," kata Menteri Keuangan Steven Kennedy dalam pernyataan pembukaannya di panel parlemen, di Canberra.
“Namun, kami tetap yakin bahwa akan terus ada pemulihan berbasis luas di pasar tenaga kerja selama 2021.”
Kementerian Keuangan berpendapat bahwa saat ini merupakan momen tepat untuk mengakhiri program karena langkah-langkah dukungan lainnya mulai berlaku dan untuk memungkinkan ekonomi terus menyesuaikan.
Dia memperkirakan antara 100.000 hingga 150.000 penerima JobKeeper bisa kehilangan pekerjaan setelah menyelesaikan program. Kondisi ini menambahkan ketidakpastian di sekitar perkiraan.
JobKeeper adalah program dukungan Covid-19 khas pemerintah yang berusaha agar pekerja tetap terikat pada perusahaan mereka selama penguncian dan pembatasan pandemi lainnya melalui subsidi upah. Biayanya sekitar A$90 miliar atau US$68,7 miliar dan akan berakhir pada 28 Maret.
Baca Juga
Pasar tenaga kerja Australia telah menguat karena pemulihan ekonomi semakin cepat, dengan tingkat pengangguran turun menjadi 5,8 persen pada Februari dari puncak pandemi sebesar 7,5 persen.
Kennedy yakin penyesuaian dari JobKeeper akan dapat dikelola dan lapangan kerja akan terus meningkat selama tahun ini, meskipun tingkat pengangguran bisa naik sedikit dalam beberapa bulan mendatang.
Dia juga membahas perkiraan Kementerian Keuangan tentang pekerjaan penuh waktu, yang diperkirakan tingkat pengangguran 4,5 persen - 5 persen, dibandingkan dengan tingkat sebelumnya 5 persen.