Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral di beberapa ekonomi terbesar di Sub-Sahara Afrika mungkin lebih khawatir tentang dampak dari potensi gelombang ketiga infeksi virus Corona dan peluncuran vaksin yang lambat, ketimbang laju inflasi yang tengah merangkak naik.
Alhasil, bank sentral di Afrika bergeming dan memilih menahan suku bunga acuannya. Komite kebijakan moneter di Ghana, Nigeria, Afrika Selatan, Kenya, dan Angola kemungkinan besar tidak akan mengikuti langkah Brasil, Turki, Mozambik, Zambia, dan Zimbabwe ketika mereka mengumumkan keputusan tentang suku bunga dalam delapan hari ke depan.
Inflasi di dua produsen minyak terbesar di benua itu, Nigeria dan Angola, berada dalam level dua digit dan meningkat. Sementara itu, mata uang keduanya tetap berada di bawah tekanan. Risiko pemulihan sebagian besar ekonomi di kawasan itu setelah kemerosotan terparah dalam setengah abad tahun lalu, tetap tinggi.
Setelah beberapa suku bunga acuan bank sentral Afrika turun ke rekor terendah pada tahun 2020, sebagian besar telah mencapai batas pelonggaran kebijakan moneter dan jeda kenaikan suku bunga tampaknya mungkin terjadi di negara-negara di mana tekanan pada nilai tukar tidak terlalu parah, menurut Kepala Ekonom untuk Afrika dan Timur Tengah di Standard Chartered Bank Razia Khan.
Pembuat kebijakan di kawasan ini juga mendapatkan kenyamanan dari lingkungan kebijakan moneter global yang akomodatif, dengan Federal Reserve mengisyaratkan bahwa suku bunga AS akan tetap mendekati nol hingga 2023.
Suku bunga global yang lebih rendah untuk jangka panjang berarti bank sentral Afrika tidak akan dipaksa untuk kebijakan dalam upaya menjaga aset lokal menarik bagi investor luar negeri.
Baca Juga
“Kami berharap bank sentral utama Afrika tetap menahan dalam beberapa minggu mendatang untuk mendukung pemulihan yang berkelanjutan dalam output [ekonomi]. Namun, sikap akomodatif kemungkinan tidak akan bertahan lebih lama karena meningkatnya tekanan inflasi,” ungkap Ekonom Bloomberg Afrika Boingotlo Gasealahwe
Monetary Policy Committee (MPC) Ghana diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan dalam pertemuan keenam mendatang karena komite masih akan menilai bagaimana langkah-langkah pajak baru yang diumumkan bulan ini dan biaya utilitas yang lebih tinggi memengaruhi inflasi yang berada di atas kisaran target tahun lalu.
"Tingkat suku bunga acuan kemungkinan akan dipertahankan untuk membantu mendorong agenda pertumbuhan ekonomi negara," kata Agyapomaa Gyeke-Dako, Dosen Senior Ekonomi di University of Ghana Business School.
MPC Nigeria mungkin akan membiarkan suku bunga utamanya tidak berubah bahkan dengan laju inflasi pada level tertinggi dalam empat tahun. Langkah ini diambil karena Nigeria tengah mencoba menopang ekonomi yang terjangkit resesi pada kuartal keempat dan negara ini mencatat sepertiga dari angkatan kerjanya masih menganggur.
"Bank sentral akan terus memantau inflasi dan menjalakan kebijakan akomodatif adalah kunci untuk mempercepat pemulihan, kata Gubernur Bank Sentral Nigeria Godwin Emefiele dalam pidatonya bulan lalu.
Senada dengan Nigeria dan Ghana, bank sentral Afrika Selatan kemungkinan besar akan menahan suku bunga untuk pertemuan keempatnya. Bahkan ketika kenaikan harga bahan bakar dan listrik yang dijadwalkan mengalami penyesuaian pada bulan April mendatang, bank sentral bergeming.
Seperti diketahui, penetapan harga listrik dan bahan bakar ini dimaksudkan untuk mendorong inflasi lebih dekat ke titik tengah kisaran targetnya.