Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia ke China pada Februari 2021 mengalami penurunan sebesar US$96,2 juta.
Kepala BPS SUhariyanto mengatakan penurunan ekspor tersebut dikarenakan ada penurunan tajam beberapa komoditas. “Pertama, minyak dan lemak hewan nabati secara bulanan turun 40,99 persen, pulp dari kayu turun 21,55 persen, dan bahan bakar mineral turun 3,7 persen,” katanya dalam konferensi pers, Senin (15/3/2021).
Meski mengalami penurunan, Suhariyanto mengatakan pangsa ekspor nonmigas Indonesia masih belum banyak berubah. Posisi pertama tetap ditampati oleh China dengan pangsa mencapai 20,50 persen dengan nilai ekspor sebesar US$2,95 miliar.
Di sisi lain, impor Indonesia dari China juga mengalami penurunan sebesar US$215,9 juta. BPS mencatat, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dnegan China, yaitu mencapai US$968,5 juta.
Di samping China, Suhariyanto mengatakan penurunan ekspor yang paling dalam adalah ke negara tujuan India, yang mencapai US$178 juta. Selanjutnya, disusul oleh Spanyol US$75,5 juta, Myanmar US$52,8 juta, dan Singapura -49,7 juta.
“Kita tahu apa yang terjadi di Myanmar, sehingga bisa dipahami ekspor ke Myanmar mengalami penurunan,” jelasnya.
Baca Juga
Adapun pada Februari 2021, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$2,01 miliar, dengan total nilai ekspor sebesar US$15,27 miliar dan impor US$13,26 miliar.
Kinerja ekspor tersebut tercatat tumbuh sebesar 8,56 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara kinerja impor tercatat meningkat lebih tinggi, yaitu 14,89 persen dibandingkan dengan Februari tahun lalue