Bisnis.com, JAKARTA - Nilai impor Indonesia Februari 2021 mencapai US$13,26 miliar, turun 0,49 persen dibandingkan Januari 2021 atau naik 14,86 persen dibandingkan Februari 2020.
Impor migas Februari 2021 senilai US$1,30 miliar, turun 15,95 persen dibandingkan Januari 2021 atau turun 25,37 persen dibandingkan Februari 2020. Sementara itu, impor nonmigas Februari 2021 mencapai US$11,96 miliar, naik 1,54 persen dibandingkan Januari 2021 atau naik 22,03 persen dibandingkan Februari 2020.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan penurunan pada Februari ini lebih disebabkan karena adanya penurunan impor migas 15,95 persen. Sementara itu, impor nonmigas masih tumbuh 1,54 persen.
Kendati demikian, impor sepanjang Februari didominasi oleh barang modal yang tumbuh 9,08 persen (mtm) dan 17,68 persen (yoy).
"Geliat impor ini mengembirakan karena mengindikasikan pergerakan industri dan nantinya investasi mulai bergulir," kata Suhariyanto, Senin (15/3/2021).
Lebih lanjut, impor bahan baku turun 0,50 persen (mtm) menjadi US$9,89 miliar, namun realisasi ini tumbuh 11,53 persen secara tahunan (yoy). Impor barang konsumsi turun 13,78 persen dipicu oleh penurunan sejumlah vaksin dan bawang putih.
Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor secara kumulatif Januari–Februari 2021 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi US$348,5 juta atau 15,24 persen), bahan baku/penolong US$363,5 juta atau 1,87 persen, dan barang modal US$65,2 juta atau 1,60 persen.
Dari data BPS, tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2021 adalah Tiongkok US$8,06 miliar atau 33,95 persen, Jepang US$1,86 miliar atay 7,83 persen, dan Singapura US$1,31 miliar atau 5,53 persen.