Bisnis.com, JAKARTA – Pangsa pasar operator bandara dan maskapai digadang-gadang semakin besar lewat pembentukan hub dan super hub sebagai agenda strategis dalam holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pariwisata dan Pendukung.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I Faik Fahmi berpendapat keberhasilan pembentukan hub dan super hub akan bergantung seluruh sektor mulai dari regulator seperti pemberian izin hak angkut kelima (5th Freedom Rights) kepada maskapai asing, dukungan operator bandara dalam pemberian insentif kepada maskapai.
Termasuk, lanjutnya, keaktifan operator maskapai sendiri untuk mengidentifikasi dan membuka rute yang selama ini belum terlayani dengan baik dan juga pelaku pariwisata yang nantinya mampu memberikan sebuah pengalaman transit yang mulus, nyaman, dan menyenangkan.
“Hub dan super hub memiliki manfaat yang positif bagi kegiatan pengembangan rute dan konektivitas baik bandara dan maskapai sehingga nantinya dapat meningkatkan market size, dan meningkatkan promosi pariwisata,” ujarnya, Jumat (12/3/2021).
Selain itu, dia juga optimistis pembentukan hub dan super hub nantinya mampu membuat tatatan kebandarudaraan menjadi lebih optimal, efektif serta membuat membuat jaringan penerbangan menjadi lebih terintegrasi.
Saat ini berdasarkan identifikasi yang ada, sebanyak delapan bandara potensial hub dan super hub, enam di antaranya berada di bawah kelolaan AP I. Faik menjelaskan dasar penilaian bandara hub dan super hub ini terkait dengan faktor geografis, fasilitas, tingkat permintaan, layanan, serta manajerial.
Baca Juga
Beberapa bandara potensial tersebut yaitu Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Internasional Yogyakarta Kulon Progo, Bandara Sam Ratulangi Manado dan Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan sebagai calon bandara ibu kota negara.
Bandara-bandara hub dengan karakteristik masing-masing akan dipetakan berdasarkan tingginya pergerakan dan permintaan baik domestik maupun internasional. Seperti salah satunya bandara Bandara Internasional Yogyakarta untuk menjadi tnternational transit hub karena memiliki potensi pariwisata yang diproyeksikan akan meningkat sejalan dengan kualitas infrastruktur yang mendukung menjadi bandara transit internasional.
Bandara I Gusti Ngurah Rai sebagai tnternational tourism gateway karena memiliki pergrakan domestik dan internasional yang tinggi setelah Jakarta sebagai pusat pariwisata. Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan sebagai capital city gateway memiliki tingkat permintaan domestik sebagai pusat ekonomi baru dan sebagai ibu kota negara baru.
Selanjutnya Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebagai east international gateway memiliki pergerakan domestik dan internasional yang tinggi di wilayah Indonesia bagian timur.
Sepanjang 2019 sebanyak 22 juta penumpang per tahun khususnya dari Eropa - Australia penerbangan lintas atau overflying dan mayoritas singgah di Singapura sebesar 32 persen, HongKong 19 persen dan di Perth sebesar 6 persen. Selain itu sebanyak lebih dari 3,8 juta penumpang per tahun dari Asia-Australia yang overflying dan mayoritas transit di Singapuran sebanyak 28 persen, Kuala Lumpur 17 persen dan Hong Kong 10 persen.
Adapun sebanyak 645.000 penumpang per tahun dari Afrika Selatan – Asia overflying dan mayoritas melakukan transit di Dubai sebesar 31 persen, Hong Kong sebesar 15 persen dan Singapura seebsar 14 persen.
“Tingginya jumlah [overflying] melewati Indonesia merupakan potensi bagi bandara-bandara kita menjadi titik transit bagi penumpang internasional, yang mungkin selama ini belum dimanfaatkan secara optimal,” ujarnya.