Bisnis.com, JAKARTA – Kapitalisasi pasar produsen mobil listrik Tesla Inc. tergerus hingga US$230 miliar (Rp3.312 triliun) dalam empat pekan terakhir menyusul anjloknya harga saham.
Berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan Jumat (5/3/2021), saham Tesla ditutup merosot 3,78 persen ke level US$597,95 per saham, level terendah sejak 3 Desember 2020.
Sejak awal tahun 2021, saham Tesla telah merosot hingga 15,26 persen. Saham produsen mobil listrik ini juga telah merosot selama empat pekan berturut-turut, pelemahan terpanjang sejak Mei 2019.
Lonjakan yang membantu mendorong perusahaan yang dipimpin Elon Musk ke jajaran indeks S&P 500 pada tahun 2020 ini telah berbalik tahun ini. Padahal, perusahaan ini mendapat dorongan yang lebih besar dari tren mobil listrik.
Produsen-produsen mobil konvensional termasuk General Motors Co, Ford Motor Co dan Volkswagen AG mulai mengumumkan lini mobil listrik mereka dalam beberapa bulan terakhir. Mereka juga secara agresif memperluas ke sektor baru ini.
Valuasi saham Tesla yang terlampau tinggi terpukul oleh aksi jual yang lebih luas di saham-saham teknologi pekan ini.
Investor beramai-ramai melepas kepemilikan saham teknologi di tengah kenaikan imbal hasil Treasury AS, yang mengarah ke kekhawatiran bahwa perusahaan diperdagangkan pada valuasi tinggi tidak akan mencapai target kinerja jika ada lonjakan suku bunga.
Pemimpin industri mobil listrik termasuk di antara penurunan teratas di indeks Nasdaq 100 dan S&P 500 pada hari Jumat. Kapitalisasi pasar Tesla saat ini berada di sekitar US$574 miliar, jauh dari level tertinggi US$837 miliar yang dicapai pada akhir Januari 2021. Startup mobil listrik yang lebih kecil juga mengikuti jejak Tesla pada hari Jumat, termasuk saham Lordstown Motors Corp., Nio Inc., Workhorse Group Inc., dan XPeng Inc.
Sejumlah perusahaan cek kosong yang menunggu merger dengan produsen mobil listrik, seperti Churchill Capital Corp. IV dan Northern Genesis Acquisition Corp. juga tak luput dari penurunan.