Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) tengah melaksanakan pengerjan 14 proyek strategis nasional dengan nilai investasi yang sangat besar. Skema kemitraan strategis atau strategic partnership menjadi yang paling menarik bagi perseroan.
Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan bahwa pihaknya akan menyesuaikan skema pendanaan sesuai dengan karakteristik proyek dan underlying-nya. Dengan terbatasnya ruang gerak untuk mendanai proyek secara internal, maka ke depannya pendanaan proyek Pertamina sebesar 62 persen berasal dari eksternal.
"Maka equity based akan besar porsinya diperkirakan 31 persen dari 62 persen yang kita perlukan dari eksternal funding," katanya dalam webinar Prospek BUMN 2021 Sebagai Lokomotif PEN dan Sovereign Wealth Fund, Kamis (4/3/2021).
Emma menjelaskan pengelolaan risiko menjadi sangat penting dalam menggarap proyek bernilai besar. Untuk itu, skema kemitraan bisa menjadi salah satu cara untuk bisa mengurangi risiko proyek dan memanfaatkan nilai tambah lain.
Skema kemitraan, lanjut Emma, bisa memberikan kelebihan selain kebutuhan permodalan seperti adanya transfer teknologi, pengetahuan, dan bahkan pasar. Pasalnya, pada saat proyek-proyek itu mulai beroperasi, produk-produk yang bersifat menguntungkan tapi belum bisa diserap di dalam negeri bisa memanfaatkan pasar dari mitra tersebut.
"Kami akan lebih mengoptimalkan kepada strategic partnership, baik itu partnership dengan financial investor atau pun strategic investor yang membawa teknologi ataupun knowlegde ataupun technical capabilites," ungkapnya.
Anggota Dewan Pengawas Lembaga Pengelola Investasi (LPI)/Indonesia Investment Authority (INA) Darwin Cyril Noerhadi mengatakan bahwa dalam menjalin kemitraan strategis, hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh investor adalah return proyek tersebut.
Meski skema kemitraan guna meminimalisir risiko, tapi potensi dari risiko proyek masih tetap ada dan menjadi perhatian investor. Untuk itu, kata Emma, investor-investor tersebut perlu melakukan pemeriksaan terhadap aset serupa yang telah lebih dulu beroperasi.
"Dilihat sejauh mana return kinerja yang sudah beroperasi, aset yang sudah beroperasi dalam 2 tahun atau 3 tahun sejak aset itu beroperasi. Nah, ini memberikan satu basis utk investor melihat proyeksinya seperti apa," ungkap mantan Presdir PT Sarana Multi Infrastruktur itu.