Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemendag Cermati Covid-19 di Pakistan-Bangladesh, Seberapa Signifikan?

Kementerian Perdagangan mewaspadai kondisi penanganan Covid-19 di sejumlah negara yang masuk 20 besar tujuan ekspor. Belum terkendalinya Covid-19 di negara-negara tersebut dikhawatirkan memengaruhi kinerja ekspor nasional.
Ilustrasi kapal kontainer. Pakistan dan Bangladesh Dua masing-masing mengontribusi 1,91 persen dan 1,31 persen terhadap ekspor Indonesia pada Januari 2021. / Bloomberg
Ilustrasi kapal kontainer. Pakistan dan Bangladesh Dua masing-masing mengontribusi 1,91 persen dan 1,31 persen terhadap ekspor Indonesia pada Januari 2021. / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan mewaspadai kondisi penanganan Covid-19 di sejumlah negara yang masuk 20 besar tujuan ekspor. Belum terkendalinya Covid-19 di negara-negara tersebut dikhawatirkan memengaruhi kinerja ekspor nasional mengingat kontribusinya besar terhadap total ekspor nasional.

Dua puluh negara tujuan ekspor utama menyumbang 86,09 persen dari total ekspor migas dan nonmigas RI pada Januari 2021 yang mencatatkan nilai US$15,3 miliar. Negara-negara ini terdiri atas negara Asia Timur, Asean, Asia Selatan, Mesir dan Arab Saudi, serta beberapa negara Uni Eropa seperti Jerman, Belanda, dan Spanyol.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memberi perhatian pada Pakistan dan Bangladesh. Dua negara yang masing-masing menjadi pangsa 1,91 persen dan 1,31 persen ekspor pada Januari 2021 itu menjadi segelintir negara penyumbang surplus dagang terbesar. Surplus dari Pakistan pada periode ini mencapai US$250 juta dan dari Bangladesh US$300 juta, namun keduanya masih mencatatkan penambahan kasus Covid-19 yang cukup tinggi meski cenderung menurun.

"Dari 20 negara ini yang kami khawatirkan penyelesaian Covid-19 belum beres adalah Bangladesh di peringkat 16 dan Pakistan peringkat 11," kata Lutfi dalam konferensi pers, belum lama ini.

Sampai 25 Februari 2021, total kasus Covid-19 di Bangladesh telah melampaui 540.000 kasus dengan kematian mencapai 8.300 kasus. Meski demikian, tambahan kasus positif Covid-19 harian pada Februari 2021 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tambahan kasus harian pada Desember 2021.

Tren serupa diperlihatkan pula di Pakistan yang tambahan kasus harian dalam sepekan terakhir mencapai 1.282 kasus, lebih rendah dibandingkan tambahan kasus pada Desember 2020 yang mencapai 3.000 kasus per hari.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal berpendapat kekhawatiran Kementerian Perdagangan cukup beralasan mengingat potensi ekspor ke Pakistan dan Bangladesh memang sangat besar. Dari segi populasi, keduanya memiliki jumlah penduduk lebih dari 150 juta orang. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki sejumlah keunggulan komparatif yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor.

"Di Asia Selatan keduanya di peringkat dua dan tiga penduduk terbesar setelah India dan lebih besar dibandingkan mitra di Asean. Dari sisi kemajuan ekonomi kita juga lebih unggul, terutama untuk produk manufaktur yang punya nilai tambah lebih tinggi," kata Faisal, Sabtu (27/12/2021).

Faisal menjelaskan produk yang dihasilkan Pakistan untuk perdagangan internasional didominasi komoditas pertanian, begitu pula Bangladesh yang kini juga diiringi dengan produk manufaktur tekstil yang maju. Prospek ekspor Indonesia ke kedua negara ini bisa diisi dengan produk manufaktur yang lebih berkembang, seperti otomotif.

Meski posisi kedua negara tersebut signifikan bagi produk Indonesia ke depannya, Faisal memberi catatan bahwa defisit yang dirasakan Pakistan dan Bangladesh dari perdagangan dengan Indonesia juga besar. Karena itu, Indonesia perlu strategi agar kinerja ekspor tetap terjaga tanpa dibayangi kekhawatiran negara tujuan soal neraca dagang.

"Kita sudah surplus dengan mereka. Jika pemerintah menggalakkan lagi ekspor ke sana, perlu diarahkan untuk produk bernilai tambah agar berdampak positif. Bagaimanapun saat kerja sama dagang dijalin, negara tersebut juga ingin meningkatkan ekspor ke Indonesia," paparnya.

Sepanjang 2020, surplus perdagangan yang dinikmati Indonesia dari Pakistan mencapai US$2,18 miliar, sementara dari Bangladesh sebesar US$1,61 miliar. Nilai tersebut menjadikan keduanya masuk 10 besar penyumbang surplus terbesar RI. Selain itu, ekspor ke Pakistan tercatat masih tumbuh 23,80 persen pada 2020, meski ekspor ke Bangladesh terkoreksi 7,01 persen.

Pada saat yang sama, Indonesia pun tengah mengupayakan kerja sama perdagangan baru dengan dua negara Asia Selatan ini. Terdapat perundingan Indonesia-Pakistan TIGA dan Indonesia-Bangladesh PTA yang masih berlangsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper