Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terus berupaya untuk menjaga kesinambungan fiskal di tengah usaha menghadapi dampak negatif dari pandemi Covid-19 yang masih menghantui negara dan dunia pada umumnya.
“Di awal tahun 2021, defisit APBN [anggaran pendapatan dan belanja negara] hingga akhir Januari telah mencapai Rp45,70 triliun atau sekitar 4,5 persen dari Pagu APBN dam 0,26 persen PDB [produk domestik bruto],” tulis laporan APBN Kita edisi Februari yang dikutip Bisnis, Jumat (26/2/2021).
Berdasarkan laporan tersebut, realisasi defisit disebabkan oleh belanja negara di awal tahun yang telah mencapai Rp145,77 triliun. Sedangkan pendapatan negara dan hibah baru mencapai Rp100,07 triliun deseimbangan Primer berada di posisi negatif Rp21,05 triliun.
Realisasi pembiayaan anggaran hingga akhir Januari telah mencapai Rp165,86 triliun. Ini didominasi oleh pembiayaan utang sebesar Rp165,82 triliun (99,98 persen dari total pembiayaan).
Realisasi pembiayaan utang terdiri atas surat berharga negara (neto) sebesar Rp169,70 triliun. Di sisi lain pemerintah telah berhasil merealisasikan pembayaran pokok pinjaman luar negeri sebesar Rp3,88 triliun.
Di samping pembiayaan utang, pemerintah juga sudah merealisasikan pembiayaan lainnya sebesar Rp30,4 miliar. Namun, untuk jenis pembiayaan investasi, pemberian pinjaman, dan kewajiban penjaminan belum ada realisasi hingga akhir Januari 2021.
“Posisi SILPA [sisa lebih pembiayaan anggaran] sampai dengan akhir Januari 2021 adalah sebesar Rp120,15 triliun,” terang pada laporan.