Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Bikin Alih Profesi Jadi Petani, BPS : Waspadalah!

Profesi sektor pertanian meningkat akibat lonjakan pengangguran selama pandemi Covid-19. Sayangnya hal itu bukan menjadi kabar yang menggembirakan melainkan sesuatu hal yang harus diwaspadai oleh para pemangku kepentingan.
Ilustrasi - Orang-orangan pengusir burung di sawah. /Wikipedia
Ilustrasi - Orang-orangan pengusir burung di sawah. /Wikipedia

Bisnis.com, JAKARTA — Profesi sektor pertanian meningkat akibat lonjakan pengangguran selama pandemi Covid-19. Sayangnya hal itu bukan menjadi kabar yang menggembirakan melainkan sesuatu hal yang harus diwaspadai oleh para pemangku kepentingan.

Kepala Badan Pusat Statistika (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan beban tenaga kerja sektor pertanian saat ini meningkat karena banyak PHK di kota, di mana para pekerja kembali ke desa. Alhasil, tenaga kerja sektor ini menjadi 29,76 persen pada 2020 dari 27,53 persen pada 2019.

"Padahal share pertanian ke PDB hanya 13 persen tetapi harus menanggung beban yang lebih berat akibat peningkatan tenaga kerja, jadi berpotensi akan menurunkan produktivitas sektor pertanian," katanya dalam diskusi Indef, Rabu (17/2/2021).

Sisi lain, Suhariyanto mengemukakan di saat hampir seluruh sektor mengalami penurunan dan ekonomi terkontraksi 2,07 persen akibat pandemi, sektor pertanian masih mampu mencatatkan pertumbuhan 1,75 persen. Tak hanya itu, ekpor dari sektor ini bahkan melaju pada level 14,03 persen.

Untuk itu, karena pentingnya sektor pertanian ini dalam perekonomian, maka Suhariyanto menyarankan pada masa depan harus lebih mendapat perhatian. Namun, bukan hanya pada output atau hasil tetapi lebih menyeluruh dengan melakukan identifikasi masalah petani.

Suhariyanto menyebut salah satunya SDM di pertanian kurang menguntungkan, di mana 65,23 persen berpendidikan SD ke bawah. Dari sisi usia, 32,39 persen berusia antara 45-59 tahun, dan 21,7 persen berusia di atas 60 tahun. Alhasil, pentingnya mencari generasi muda untuk sektor ini ke depan.

"Masalah sektor pertanian yang juga kerap menjadi perhatian yakni harga yang selalu jatuh di saat panen, sehingga petani kerap mengalami kerugian. Padahal petani tidak boleh hanya dilihat sebagai produsen tetapi juga konsumen. Di samping itu nilai tukar petani juga tergolong rendah," ujar Suhariyanto.

Masalah lain yakni upah riil buruh tani yang cenderung melemah, sedangkan inflasi terus naik. Hal itu menjadikan buruh tani tidak menarik dan banyak menjadikan petani beralih profesi menjadi buruh bangunan yang upahnya lebih tinggi.

"Persentase penduduk miskin pada September 2020 sebesar 10,19 persen atau 27,55 juta orang. Dibandingkan September 2020, jumlah penduduk miskin ini meningkat 2,76 juta orang. Kalau kita lihat menurut sumber penghasilan utama, sebagian besar rumah tangga miskin bekerja di sektor pertanian atau 46,30 persen," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper