Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan bahwa pertanian merupakan sektor yang menjanjikan. Selain selalu tumbuh, agraria juga jadi penyelamat di saat krisis ekonomi.
Akan tetapi pertanian memiliki berbagai macam kendala. Pertama, sumber daya manusia (SDM) di sektor tersebut kurang menguntungkan karena di dominasi pendidikan rendah. Petani pun banyak berusia uzur yang sudah tidak masuk kriteria produktif.
“Sehingga ke depan kita perlu mencari cara bagaimana generasi muda masuk ke sektor pertanian,” katanya melalui diskusi virtual, Rabu (17/2/2021).
Persoalan kedua adalah harga pertanian yang selalu jatuh di saat musim panen. Hampir semua komoditas berlaku demikian. Tentunya ini merugikan mereka.
Selanjutnya adalah nilai tukar. Kecuk menjelaskan bahwa meningkatnya produksi pertanian ternyata tidak serta merta membuat penghasilan petani bertambah.
BPS mencatat pada 2020 nilai tukar petani (NTP) naik tipis 0,74 persen. Apabila dipilah dari subsektor, kenaikan hanya di perkebunan. Akhir tahun lalu komoditas sawit naik signifikan. Itulah yang membuat NTP tumbuh.
Keempat adalah upah riil buruh tani. Nominal kenaikannya sangat tipis dan tidak signifikan. Itu semua, tambah Kecuk habis ditelan inflasi.
Dengan kata lain, daya beli buruh tani sangat rendah. Yang terjadi kemudian buruh tani tidak lagi menarik dan mereka pindah menjadi buruh bangunan.
Terakhir adalah kemiskinan terpusat di pedesaan. Memang tahun lalu warga tidak mampu lebih banyak kenaikannya di kota. Akan tetapi dari persentase, kedalaman, hingga keparahannya lebih banyak di desa.
“Dan kalau kita lihat, sumber utama dari rumah tangga miskin Indonesia adalah pertanian. Jadi ini adalah beberapa PR yang perlu diperhatikan,” jelasnya.