Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bankir Jadi Bos SWF, Perbanas Ingatkan Soal Tugas Berat dan Tekanan Politik

Banyak bankir profesional yang ditempatkan pada BUMN, tetapi pada akhirnya tidak memiliki performa optimal hanya karena banyak campur tangan politik.
Ketua Dewan Direktur Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) Ridha Wirakusumah - Sekretariat Presiden RI
Ketua Dewan Direktur Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) Ridha Wirakusumah - Sekretariat Presiden RI

Bisnis.com, JAKARTA - Penunjukan sejumlah bankir dalam pucuk kepemimpinan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) dinilai sudah tepat.

Namun, kinerja figur terpilih dinilai tetap berat karena memulai lembaga yang baru yang cukup santer dengan aroma politik di dalamnya. Adapun, Presiden Jokowi menunjuk Ridha Wirakusumah yang sebagai CEO SWF dan Haryanto Sahari ditunjuk sebagai Dewan Pengawas SWF.

Ridha Wirakusumah adalah Direktur Utama Bank Permata, sedangkan Haryanto Sahari menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank Permata Tbk. (BNLI) sejak tahun 2017.

Ekonom senior Aviliani yang Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani menyampaikan jejak rekam direksi terpilih terbukti sangat baik di industri perbankan. Figur terpilih terbukti memperbaiki tata kelola, kinerja dan transformasi sangat baik di bank sebelumnya.

Namun, direksi terpilih tetap harus membuktikan kinerjanya karena SWF sangat berhubungan erat dengan semua program pemerintah.

Banyak bankir profesional yang ditempatkan pada BUMN, tetapi pada akhirnya tidak memiliki performa optimal hanya karena banyak campur tangan politik.

"Mereka sangat memenuhi dan sangat dipercaya pasar. Namun, memang kinerja ke depan tetap perlu dibuktikan. Jangan sampai entitas besar tak mampu mendapat laba, justru menjadi beban negara," sebutnya, Selasa (16/2/2021).

Aviliani berharap SWF tetap konservatif dan hati-hati dalam memilih proyek yang dibiayai ke depan. Penempatan investasi pada proyek yang kurang potensial justru akan membuat beban pada neraca keuangan SWF.

"Apalagi, SWF punya tugas untuk meningkatkan skala ekonomi sekaligus sosial. Nah skala sosial ini yang nantinya bisa jadi salah kaprah," imbuhnya.

Aviliani berharap figur ini juga mampu mengendus upaya-upaya mark up nilai proyek dari para pengembang. Terlebih, SWF punya kemampuan untuk berinvestasi tanpa melalui proses tender.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper