Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak 1.900 megawatt potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya terapung di Pulau Jawa direncanakan masuk ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PLN 2021—2030.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dadan Kusdiana mengatakan bahwa potensi PLTS yang akan dipasang di atas lahan perairan, seperti danau, waduk, dan bendungan, tersebut sedang disusun dalam draf RUPTL 2021—2030.
"PLTS terapung dalam RUPTL sekarang yang sedang disusun dan kami akan masukkan semua potensi yang ada di Jawa ini, danau, waduk, dan bendungan. Kalau per angka itu sudah ada 1.900 MW yang akan kami masukkan untuk mendorong pemanfaatan tenaga surya di danau," ujar Dadan dalam acara Central Java Solar Day 2021, Selasa (16/2/2021).
Salah satu proyek PLTS terapung yang saat ini berjalan adalah PLTS Terapung Cirata di Jawa Barat dengan total kapasitas 145 megawatt peak.
Menurut Dadan, harga jual listrik yang dihasilkan pada proyek tersebut cukup baik dan berada di bawah biaya pokok penyediaan pembangkitan di Jawa, yakni sebesar US$5,82 sen per kWh.
PLTS terapung menjadi salah satu program pemerintah untuk mengakselerasi pengembangan PLTS lantaran dari sisi harga listrik yang dihasilkan cukup bagus, perizinan lebih sederhana, tidak memerlukan pembebasan lahan, dan dapat dikembangkan kapasitas yang cukup besar.
Nantinya, pengembangan PLTS terapung akan lebih didorong untuk dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga air yang sudah beroperasi. Dadan menuturkan kombinasi PLTS terapung dan PLTA akan lebih efektif karena pasokan listrik dari PLTS akan mampu meningkatkan waktu operasi PLTA yang biasanya hanya digunakan sebagai pembangkit peaker atau hanya digunakan saat beban puncak.
"Hampir semua PLTA digunakan sebagai peaker, tidak dipakai 24 jam karena ketersediaan air terbatas. Umumnya peaker dipakai sore hari. Pemikiran logisnya itu nanti siangnya PLTA diganti PLTS. Jadi kita tidak menambah kapasitas secara perhitungan, tapi meningkatkan waktu operasi dari PLTA," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan bahwa pihaknya juga tengah mendorong pengembangan PLTS terapung di wilayahnya.
Terdapat 723,07 MWp potensi teknis kapasitas PLTS terapung yang dapat dikembangkan di 42 bendungan di Jawa Tengah. Potensi terbesar di Waduk Kedung Ombo dengan kapasitas 267,95 MWp dan Gajahmungkur 147,88 MWp.
"Sudah kami identifikasi dan sudah mulai banyak pembicaraan, kami manfaatkan lahan perairan yang bisa didayagunakan untuk pembangkitan dari surya," katanya.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai pengembangan PLTS terapung merupakan strategi yang baik untuk mengejar pencapaian target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. PLTS terapung bisa menjadi solusi untuk mengatasi kendala pembebasan lahan dalam pembangunan proyek pembangkit.
"PLTS terapung cukup bagus karena tidak butuh lahan. Selama ini pembangunan pembangkit listrik di Indonesia ganjalan terbesarnya adalah akuisisi lahan dan sudah ada peraturan dari Kementerian PUPR bahwa 5 persen dari area waduk bisa dimanfaatkan untuk PLTS," kata Fabby.