Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021 mengalami surplus sebesar US$1,96 miliar, di mana nilai ekspor dan impor masing-masingnya mencapai US$15,30 miliar dan US$13,34 miliar.
Kinerja ekspor ini mengalami pertumbuhan yang tinggi, 12,24 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu meski mengalami penurunan 7,4 persen dibandingkan Desember 2020.
Sementara itu, kinerja impor pada Januari 2021 masih mengalami kontraksi, baik secara tahunan maupun bulanan. Jika dibandingkan dengan Desember 2020, maka nilai impor turun 7,59 persen. Sedangjkan secara tahunan, impor masih mengalami terkontraksi 6,49 persen.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyampaikan kenaikan ekspor yang tinggi pada awal 2021 menunjukkan ekonomi eksternal secara agregat pulih lebih cepat, terutama di negara-negara mitra dagang utama Indonesia.
Di sisi lain, kinerja impor yang masih terkontraksi menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi domestik masih relatif lambat dibandingkan degan pasar ekspor, tercermin dari impor bahan baku dan barang modal yang terkontraksi -6,1 persen dan -10,7 persen.
“Terlihat dari kontraksi barang modal dan bahan baku, industri pemulihannya masih lambat, performanya masih lebih rendah dibandingkan Januari 2020,” katanya kepada Bisnis, Senin (15/2/2021).
Baca Juga
Menurutnya, kinerja impor secara bertahap akan membaik sejalan dengan proses perbaikan ekonomi domestik dan penanganan pandemi Covid-19. Tren surplus neraca perdagangan pun diperkirakan masih akan berlanjut paada tahun ini. “Kondisinya suplus tapi lebih tipis dibandingkan 2020, kondisinya membaik tapi belum sehat karena impor masih terkontraksi,” jelasnya.
Faisal mengatakan, tantangan neraca perdagnagan ke depan masih pada pandemi Covid-19. Penanganan pandemi yang lebih luas diperlukan untuk mendorong pemulihan di industri manufaktur.
“Saat sekarang sebetulnya ekonomi sudah mulai pulih tapi masih terbatas atau parsial, kalau penanganan pandemi lebih luas, pemulihan manufaktur bisa lebih luas lagi,” katanya.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memperkirkaan, kinerja ekspor ke depan akan terus membaik, didukung oleh permintaan global dan kenaikan harga CPO.
Sementara impor yang tertekan pada Januari 2021 menunjukkan permintaan domestik masih lesu. Hal ini sejalan dengan survei keyakinan konsumen Bank Indonesia pada Januari 2021, bahwa orang-orang masih pesimis terhadap situasi ekonomi ke depan.
“Kami berpikir bahwa impor kemungkinan akan mencatat peningkatan substansial pada semester II/2021,” katanya.
Percepatan program vaksinasi Covid-19 dan infrastruktur diyakini akan membantu meningkatkan permintaan domestik, sehingga transaksi defisit berjalan (current account deficit/CAD) akan melebar menjadi -1,0 persen dari PDB.