Bisnis.com, JAKARTA – Harga rumah Inggris naik bulan lalu, meskipun aktivitas di pasar properti melemah di tengah pemberlakuan lockdown nasional ketiga akibat terus merebaknya virus Covid-19.
Melalui surveinya, Royal Institution of Chartered Surveyors mengatakan harga naik di seluruh negeri karena pemburu rumah menemukan properti yang sesuai dengan pasokan yang terbatas, dengan London satu-satunya wilayah yang harganya turun.
Agen real estat melaporkan permintaan yang terus berlanjut dari orang-orang yang berusaha untuk mengatasi berakhirnya masa pemotongan pajak pembelian rumah senilai 15.000 pound sterling pada akhir bulan depan.
Secara umum pembeli dan penjual sama-sama enggan melakukan pemeriksaan langsung karena tingkat infeksi yang tinggi dan homeschooling. Ada penurunan minat pembeli baru dan penjualan yang disepakati, menurut survei tersebut.
Menteri Keuangan Rishi Sunak pada 3 Maret akan mengungkapkan pada laporan mengenai anggaran apakah keringanan pajak diperpanjang.
Bebnerapa kelompok pelobi juga menyerukan perpanjangan keringanan tarif bisnis bagi perusahaan yang paling terpukul oleh pandemi untuk mencegah hilangnya ribuan pekerjaan lagi.
Baca Juga
Konsorsium Ritel Inggris mengatakan lockdown telah merugikan pengecer fisik non-makanan lebih dari 22 miliar pound dalam penjualan yang hilang.
Hampir sepertiga pengecer telah meningkatkan iklan daring mereka menjelang Hari Valentine, demikian penelitian Barclaycard, dengan rata-rata warga Inggris diharapkan membelanjakan 36 pound pada monen tersebut.