Bisnis.com, JAKARTA – Konsultan real estat internasional JLL memprediksi bisnis real estat Asia Pasifik dapat pulih tahun ini dengan transaksi langsung untuk properti tujuan investasi akan meningkat 15 persen hingga 20 persen yoy.
Perkembangan itu mengikuti kontraksi sepanjang tahun lalu ketika volume investasi real estat secara keseluruhan di kawasan tersebut turun 20 persen dibandingkan dengan 2019.
Menurut JLL seperti dilansi Edge Prop, volume investasi tahun lalu sebenarnya bisa saja menjadi lebih buruk, tetapi beruntung pasar didukung oleh peningkatan transaksi investasi pada kuartal terakhir 2020.
Pasar real estat di Asia Utara adalah yang paling tangguh pada kuartal terakhir 2020. China mencatat peningkatan volume transaksi 21 persen qtq, sedangkan Jepang dan Korea Selatan masing-masing naik 37 persen dan 16 persen qtq.
Ketahanan pasar tersebut ini dikaitkan dengan pemulihan ekonomi yang lebih kuat dan kumpulan modal domestik yang dalam, menurut JLL.
Secara sektoral, aktivitas transaksi dalam logistik dan aset multifamily masing-masing melonjak 29 persen yoy dan 26 persen yoy. Kedua kelas aset ini mencakup sekitar 30 persen dari total volume investasi real estat pada 2020.
Baca Juga
Sebagai perbandingan, aktivitas transaksi hotel, ritel, dan perkantoran masing-masing turun sekitar 25 persen yoy, karena sektor-sektor ini paling terpengaruh oleh pandemi Covid-19.
Properti multifamily adalah properti yang memiliki lebih dari satu unit. Properti multifamily skala terkecil adalah dupleks, yang dikenal sebagai "dua keluarga" di beberapa negara. Triplexes dan four-plexes adalah langkah berikutnya, masing-masing memiliki tiga dan empat unit.
Stuart Crow, periset JLL Asia Pasifik, menyatakan kelas aset alternatif seperti logistik, multifamily, dan pusat data dapat diharapkan dapat mendorong aktivitas investasi tahun ini. Sementara itu, transaksi investasi perkantoran, ritel, dan hotel dapat tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi.