Bisnis.com, JAKARTA - Nissan Motor Co memangkas proyeksi kerugiannya untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2021 karena penjualan yang mulai pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Produsen mobil terbesar kedua Jepang itu kini memperkirakan kerugian bersih 530 miliar yen (US$5,1 miliar) untuk tahun fiskal hingga Maret, turun dari angka perkiraan sebelumnya senilai 615 miliar yen.
Berdasarkan kerugian operasi, Nissan memutar kembali proyeksi defisitnya hampir 40 persen menjadi 205 miliar yen untuk periode 12 bulan ke depan.
Selama sembilan bulan, Nissan memasuki rencana perubahan haluan yang agresif yang melibatkan pengurangan kapasitas produksi global sekitar seperlima dan menghasilkan 12 model baru dalam 18 bulan hingga November untuk menyegarkan kembali jajaran produk yang menua dan membangkitkan minat konsumen yang mandek.
"Pemulihan di setiap kuartal terbukti, dengan peningkatan penjualan ritel dan basis keuangan yang diperkuat seperti yang diuraikan dalam rencana transformasi bisnis Nissan NEXT," kata perusahaan dalam keterangannya, dilansir Bloomberg, Selasa (9/2/2021).
Perusahaan juga mencatat bahwa mereka telah kembali ke laba operasi yang positif pada kuartal ketiga.
Baca Juga
Penjualan model baru seperti Rogue SUV, yang memulai debutnya di Amerika Serikat pada Oktober, tercatat lebih tinggi, membatasi penurunan penjualan global Nissan secara keseluruhan menjadi kurang dari 10 persen secara tahunan pada November dan Desember.
"Bagi Nissan, model baru ini akan menjadi kunci. Nissan seharusnya mengambil sedikit peningkatan karena produk baru yang keluar di pasar seperti AS, tetapi saat ini keadaan masih mengerikan," kata analis Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida.
Penjualan untuk kuartal ketiga yang berakhir 31 Desember turun 11 persenmenjadi 2,2 triliun yen. Sedangkan untuk setahun penuh, Nissan memperkirakan penjualan sebesar 7,7 triliun yen, sedikit di bawah perkiraan analis 7,8 triliun yen.
Produsen mobil tersebut telah menetapkan target penjualan setahun penuh global sekitar 4 juta unit, sedikit turun dari ekspektasi sebelumnya untuk 4,2 juta mobil.
Pada September lalu, Chief Executive Officer Nissan Makoto Uchida mengatakan dia mengharapkan perusahaan kembali ke profitabilitas pada 2021 jika momentum terus berlanjut di pasar seperti China. Nissan mengharapkan pemulihan yang kuat di ekonomi terbesar di Asia dan berencana untuk memperluas kehadirannya di sana.
Data IHS Markit menunjukkan, penjualan mobil global diperkirakan akan pulih secara stabil tahun ini menjadi 84,4 juta unit dari 76,8 juta kendaraan pada 2020. Namun sejumlah tantangan tetap ada, tidak terkecuali kekurangan semikonduktor yang menyebabkan pembuat mobil di seluruh dunia memangkas produksinya. Analis di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities memperkirakan kekurangan chip akan mengurangi produksi kendaraan pembuat mobil Jepang sebanyak 500.000 unit.
Meskipun Honda Motor Co. diproyeksikan akan menanggung beban terbesarnya, Nissan mengkonfirmasi bulan lalu bahwa mereka memangkas produksi di salah satu pabriknya di Jepang, bagian dari pengurangan produksi yang mungkin melebihi 10.000 kendaraan hingga Maret 2021. Nissan juga menangguhkan beberapa produksi truk di Mississippi karena kekurangan chip.
Analis Jefferies Takaki Nakanishi dan Lilin Zheng menulis dalam sebuah laporan bulan lalu bahwa koreksi harga saham apa pun yang disebabkan oleh gangguan output terkait chip dapat berkisar dari 10 persen hingga 30 persen.
Jefferies menilai saham Nissan tertahan oleh kemampuan perusahaan untuk menstabilkan manajemen dan berkonsentrasi pada reformasi struktural masih perlu dibuktikan. Saham Nissan yang turun 12 persen pada 2020, telah pulih tahun ini.