Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mencatat permintaan gas alam cair (LNG) dalam negeri sepanjang tahun lalu mengalami penurunan signifikan akibat dampak pandemi Covid-19.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan kebutuhan LNG turun dari 111 juta MMBTU pada 2019 atau sekitar 38,3 kargo menjadi hanya 68,35 juta MMBTU atau sekitar 23,5 kargo pada 2020. Penurunan terbesar berasal dari sektor kelistrikan.
"Karena demand listrik turun dan supply listrik berlebih, maka PLN memprioritaskan listrik dari batu bara yang sifatnya baseload. Dengan demikian, kebutuhan gas turun signifikan dari 33,4 kargo menjadi hanya 18 kargo. Tahun ini pun akan turun lagi jadi hanya 13 kargo. Itu dari regasifikasi Lampung," ujar Nicke dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI pada Selasa (9/2/2021).
Selain itu, kebutuhan LNG dari PLN Benoa, Amurang, Samberah, hingga Pupuk Iskandar Muda juga turun signifikan.
Untuk tahun ini, kebutuhan LNG dalam negeri diperkirakan kembali turun dari realisasi pada 2020, yakni menjadi 51,02 juta MMBTU atau sekitar 17,6 kargo.
Adapun, pada 2019 dan 2020 kebutuhan LNG domestik sudah dapat dipenuhi dengan menggunakan sumber LNG dari Bontang dan Tangguh sehingga Pertamina belum melakukan impor LNG. LNG Bontang berproduksi sebesar 83,6 standar kargo atau 245 juta MMBTU pada 2020.
Baca Juga
Sementara itu, volume ekspor LNG dari Bontang juga menurun dari 209,96 juta MMBTU atau sekitar 72,2 kargo pada 2019 menjadi 176,78 juta MMBTU atau 60,6 kargo pada 2020.
Volume ekspor LNG diperkirakan sedikit meningkat pada tahun ini, yakni naik menjadi 197,87 juta MMBTU atau 68,3 kargo.
"Demand yang paling besar selama ini dari Jepang dan China turun signifikan. Tapi kami tetap coba maintain pasar-pasar di luar negeri ini sehingga kami proyeksikan di 2021 demand dari luar negeri 68,3 kargo," kata Nicke.