Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Acuan Lanjutkan Penguatan, Ini Proyeksi APBI

Tren kenaikan harga batu bara dalam beberapa bulan terakhir ini utamanya didorong oleh peningkatan permintaan dari China akibat periode musim dingin di negara tersebut, serta semakin tingginya harga domestik batu bara China.
Kegiatan bongkar muat batu bara di area pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk./mitrabara
Kegiatan bongkar muat batu bara di area pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk./mitrabara

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan harga batu bara acuan (HBA) terus menguat dan melesat ke level US$87,79 per ton pada Februari 2021 atau naik 15,7 persen dari bulan sebelumnya sebesar US$75,84 per ton. Harga pada Februari tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei 2019.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa tren kenaikan harga batu bara dalam beberapa bulan terakhir ini utamanya didorong oleh peningkatan permintaan dari China akibat periode musim dingin di negara tersebut, serta semakin tingginya harga domestik batu bara China.

Semenatara itu, pasokan batu bara terkendala dengan curah hujan yang tinggi di Indonesia.

"Periode seperti ini menjadi semacam golden period bagi para penambang yang sebelumnya terdampak dengan harga komoditas yang rendah sejak April-September 2020," ujar Hendra kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Namun, laju penguatan harga batu bara tersebut diperkirakan akan mulai melambat pada kuartal kedua tahun ini. Hal ini seiring permintaan batu bara dari China pada kuartal II/2021 diperkirakan tidak akan setinggi pada kuartal pertama.

"Penguatan ini diprediksi terjadi di kuartal I/2021, apalagi sebentar lagi aktivitas usaha di China akan melambat karena perayaan Lunar Year. Ada kemungkinan awal kuartal kedua harga mulai akan tertekan," katanya.

Menurutnya, permintaan batu bara global pada tahun ini hingga ke depannya akan sulit menyamai level pada masa puncak di 2018 lalu. Kala itu, rerata HBA bisa mencapai US$98,96 per ton.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menuturkan bahwa HBA pada Februari 2021 mengalami kenaikan seiring dengan sentimen yang dibentuk oleh supercycle komoditas.

"Adanya sentimen commodity supercycle, antara lain kenaikan harga gas ikut memperkuat harga batu bara," ujar Agung.

Sinyal supercycle ini, katanya, diyakini akan terjadi pada tahun ini pada berbagai komoditas, terutama komoditas pertambangan. Salah satu pemicunya berasal dari suku bunga acuan yang rendah, dolar Amerika Serikat yang lemah, hingga pertumbuhan ekonomi serta pembangunan infrastruktur di berbagai negara.

Selain faktor supercycle, penyebab utama dari pendorong kenaikan HBA adalah melonjaknya permintaan impor dari China. "Suplai batu bara domestik [China] tidak dapat memenuhi kebutuhan batu bara pembangkit listrik," kata Agung.

Harga batu bara kembali pulih dalam 4 bulan terakhir setelah sepanjang 2020 mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19. Tren peningkatan HBA terlihat pada Oktober 2020 sebesar US$51 per ton, kemudian naik ke US$55,71 per ton pada November 2020, Desember 2020 US$59,65 per ton, dan Januari 2021 naik menjadi US$75,84 per ton.

"Selama 4 bulan terakhir harga batu bara terus menuju ke level psikologis," kata Agung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper