Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi 2,07 persen pada tahun 2020. Sedangkan pada kuartal IV/2020 minus 2,19 persen walaupun lebih baik dari periode sebelumnya yaitu minus 3,49 persen.
Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana mengatakan bahwa permintaan domestik masih menjadi penghambat pemulihan secara keseluruhan. Investasi pada kuartal IV/2020 turun 6,15 persen dengan investasi bangunan sebagai penghambat utama, yang turun 6,6 persen
“Konsumsi rumah tangga turun 3,6 persen pada kuartal IV/2020 di tengah beberapa pembatasan sosial di akhir tahun. Pengeluaran untuk makanan dan minuman tidak termasuk restoran turun lebih dalam dari triwulan III/2020 karena perayaan yang terhenti,” katanya Jumat (5/2/2021).
Wisnu menjelaskan bahwa pembatasan tersebut juga membuat impor turun 13,5 persen. Sementara ekspor mencatat kontraksi yang lebih ringan sebesar 7,2 persen.
Sementara itu konsumsi pemerintah merupakan satu-satunya komponen yang tumbuh positif meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi pemerintah tumbuh 1,8 persen karena pencairan stimulus melambat menjelang akhir tahun.
Pada pasokan agregat seperti sektor-sektor seperti manufaktur, konstruksi, dan transportasi terpukul parah pada kuartal IV/2020. Sementara itu, informasi, komunikasi, dan teknologi masih menunjukkan kinerja positif yang konsisten dengan pertumbuhan 10,9 persen.
Baca Juga
Terakhir, jasa keuangan dan pertanian juga mencatat pertumbuhan positif masing-masing sebesar 2,4 persen dan 2,6 persen.
Memasuki tahun 2021, indikator penuntun masih mencerminkan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Manufaktur PMI tumbuh pada 21 Januari di angka 52,2 atau naik dari 51,3 pada 20 Desember.
Meski begitu, mobilitas telah turun sejak akhir tahun 2020 akibat penerapan pembatasan kegiatan masyarakat di Jawa-Bali.
“Pemerintah mungkin akan memperpanjang sampai terjadi penurunan kasus harian yang signifikan. Oleh karena itu, kuartal I/2021 mungkin masih mencatat pertumbuhan negatif,” jelas Wisnu.