Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Hilir Berkontribusi Besar terhadap Keuntungan Pertamina

Inisiatif penerapan efisiensi yang dilakukan di semua sektor dapat menekan biaya untuk operasional Pertamina.
Sejumlah pengemudi kendaraan mengisi BBM di salah satu SPBU yang dikelola Pertamina MOR II Sumbagsel. istimewa
Sejumlah pengemudi kendaraan mengisi BBM di salah satu SPBU yang dikelola Pertamina MOR II Sumbagsel. istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Rendahnya harga minyak dunia pada tahun lalu memberi berkah terhadap kinerja PT Pertamina (Persero) di sektor hilir hingga akhir tahun lalu.

Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menjelaskan bahwa penjualan produk BBM menjadi penopang keuangan Pertamina meskipun terdapat penurunan konsumsi karena pandemi Covid-19.

Menurutnya, saat harga minyak dunia sedang murah, Pertamina melakukan pembelian dan disimpan, setelah harga mulai naik mereka bisa melakukan penjualan.

Mamit menambahkan bahwa inisiatif penerapan efisiensi yang dilakukan di semua sektor dapat menekan biaya untuk operasional Pertamina. Selain itu, yang menyebabkan keuntungan adalah mulai naiknya harga minyak dunia sehingga bisa membantu keuangan Pertamina.

“Dengan demikian bisa mendapatkan keuntungan setelah dipotong dengan biaya penyimpanan,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (4/2/2021).

Pada tahun ini, Mamit memproyeksikan dengan harga minyak dunia yang mulai tumbuh dan dengan alih kelola Blok Rokan yang akan meningkatkan porsi Pertamina di hulu migas nasional dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan.

“Apakah bisa tercapai target, saya kira harus tetap optimistis bisa meskipun arah ke sana tidak mudah dan banyak faktor yang memengaruhi,” jelasnya.

Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai kontributor utama Pertamina untuk membalikkan posisi kerugian hanya dalam waktu 6 bulan adalah dari penjualan BBM.

Dia berpendapat bahwa pada saat harga minyak dunia terpuruk Pertamina mengimpor BBM dengan harga murah, lalu dijual di dalam negeri dengan harga normal, tanpa menurunkan harga BBM sama sekali sepanjang 2020.

“Dalam kondisi tersebut, Pertamina meraup keuntungan besar,” jelasnya.

Fahmy menilai target laba US$2 miliar yang dibuat perusahaan pelat merah itu menjadi realistis untuk dicapai apabila kondisi harga BBM masih stabil dan tidak terjadi penurunan.

“Kontribusi dari sektor hulu masih kecil lantaran Pertamina diperkirakan tidak mampu menaikkan lifting, apalagi permintaan minyak dunia masih rendah akibat pandemi Covid-19 belum berakhir,” ungkapnya.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai target laba Pertamina tahun ini masih realistis. Pasalnya, dalam kondisi normal, realisasi laba Pertamina berada pada kisaran Rp30 triliun.

“Saya melihatnya tahun ini lebih optimis dibanding tahun kemarin sehingga logis jika targetnya lebih besar dari tahun lalu,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper