Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepala BKPM Sebut 6 Sektor Andalan yang Bakal Jadi Prioritas Investasi

Enam sektor tersebut adalah industri kesehatan, industri elektronik, energi terbarukan, infrastruktur, otomotif, dan pertambangan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (kanan) bertemu dengan Menteri Perindustrian Korea Selatan (Korsel) Sung Yun-mo di Seoul, Korsel, Kamis (12/11/2020)./Istimewa
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (kanan) bertemu dengan Menteri Perindustrian Korea Selatan (Korsel) Sung Yun-mo di Seoul, Korsel, Kamis (12/11/2020)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menetapkan enam sektor prioritas untuk mendorong percepatan investasi di dalam negeri.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan berdasarkan skala prioritas, sektor pertama yang akan didorong adalah industri padat karya yang berorienstasi ekspor, salah satunya kesehatan.

Selama pandemi Covid-19, dia mengatakan hampir 80-90 persen obat, bahan baku, dan alat kesehatan merupakan barang impor. Oleh karena itu, pemerintah mendorong pembangunan industri kesehatan yang mandiri.

“Kita tahu hampir semua di era pandemi Covid-19, obat, bahan baku, alat kesehatan 80-90 persen kita impor, sekarang kita dorong bisa membuat satu industri kesehatan yang mandiri,” katanya dalam Mandiri Investment Forum 2021, Rabu (3/2/2021).

Selain itu, sektor lainnya yang akan disasar yaitu industri elektronik, energi terbarukan, infrastruktur, otomotif, dan pertambangan yang menciptakan nilai tambah.

Sebagai mana diketahui, pemerintah menetapkan target realisasi investasi bisa mencapai Rp4.983,2 triliun, mulai dari 2020 hingga 2024.

“Ini adalah angka yang harus kami lakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen,” ujarnya.

Pada tahun ini, BKPM diberikan target realisasi investasi oleh Presiden Joko Widodo sebesar Rp900 triliun. Sementara pada tahun lalu, realiasi investasi tercatat sebesar Rp826,3 triliun, di atas target yang ditetapkan sebesar Rp817,2 triliun, atau tumbuh sekitar 1 persen dibandingkan dengan capaian pada 2019.

Bahlil mengatakan, penanaman modal asing (PMA) tercatat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Namun penurunan ini tidak lebih dari 10 persen, bahkan jauh dari penurunan rata-rata dunia yang sebesar 30 hingga 40 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper