Bisnis.com, JAKARTA – Produsen mobil di Inggris mencatatkan tahun terburuk sejak 1984 karena prospek pemulihan yang tidak pasti di tengah hubungan perdagangan pasca-Brexit dan perang terhadap pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Blomberg, Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT) mencatat produksi mobil anjlok 29 persen menjadi kurang dari 921.000 kendaraan pada 2020, level terendah dalam hampir empat dekade.
Asosiasi produsen omototif Inggris ini memperkirakan produksi pulih menjadi sekitar 1 juta mobil pada tahun 2021, namun memperingatkan bahwa industri otomotif mungkin tidak akan kembali ke puncak baru-baru ini di masa mendatang. Selain itu, banyak pekerja diperkirakan kehilangan pekerjaan setelah skema bantuan berakhir.
"Kami pikir kehilangan pekerjaan yang dinyatakan di bidang manufaktur termasuk rantai pasokan selama setahun adalah sekitar 10.000, tetapi itu akan menjadi semacam gunung es," kata CEO SMMT Mike Hawes dalam sebuah briefing dengan wartawan, Rabu (28/1/2021), seperrti dikutip Bloomberg.
Hawes menambahkan, produsen mobil bekerja mati-matian untuk mempertahankan produksi meskipun Brexit mengganggu pasokan suku cadang.
Meskipun perjanjian perdagangan yang dicapai Inggris dengan Uni Eropa akhir tahun lalu sebagian besar menyelamatkan industri dari tarif perdagangan, masih ada prosedur pabean yang lebih rumit dan mengharuskan perusahaan membuat komponen secara lokal untuk menghindari tarif.
Baca Juga
SMMT mengatakan lockdown untuk mengekang penyebaran virus corona dan penurunan permintaan mobil di dalam dan luar negeri adalah alasan utama penurunan produksi.
Data terbaru menggarisbawahi tahun yang suram bagi porusen mobil di Eropa. Asosiasi Produsen Mobil Eropa mengatakan pendaftaran kendaraan baru anjlok paling banyak sejak pencatatan dimulai pada tahun 1990.
Di sisi lain, kendaraan listrik membawa secercah harapan bagi pabrik di Inggris. Rasio kendaraan hibrida atau listrik penuh yang diproduksi di Inggris meningkat jadi hampir 19 persen pada 2020 dari 15 persen pada 2019.
Inggris perlu membangun momentum itu untuk menjaga dua pabrik Stellantis NV tetap buka untuk jangka panjang.
Carlos Tavares, CEO produsen mobil yang dibentuk dari merger Vauxhall PSA Group dan Fiat Chrysler tersebut mengatakan bulan ini perusahaan tidak akan berinvestasi dalam model mesin bahan bakar konvensional untuk dua pabriknya di Inggris karena larangan kendaraan bermesin bensin dan diesel berlaku pada tahun 2030.