Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Bakal Bantu Produksi GeNose C19

Kementerian Perindustrian berperan aktif mendorong pengembangan inovasi dalam upaya menciptakan alat kesehatan guna mendukung pencegahan Covid-19 di Indonesia.
GeNose C19 adalah alat pendeteksi virus corona yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gajah Mada dan sudah mendapatkan Izin Edar dari Kementerian Kesehatan. /KEMENTERIAN BUMN
GeNose C19 adalah alat pendeteksi virus corona yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gajah Mada dan sudah mendapatkan Izin Edar dari Kementerian Kesehatan. /KEMENTERIAN BUMN

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian berperan aktif mendorong pengembangan inovasi dalam upaya menciptakan alat kesehatan guna mendukung pencegahan Covid-19 di Indonesia.

Langkah tersebut diharapkan dapat mendongkrak produktivas sektor industri di tengah tekanan dampak pandemi saat ini. Salah satu upaya yang diwujudkan adalah membuat alat pendeteksi Covid-19, yakni GeNose C19.

Kementerian Perinduatrian melalui SMK SMTI Yogyakarta selaku unit pendidikan bekerja sama dengan PT Swayasa Prakarsa, yang merupakan unit usaha dari Universitas Gadjah Mada.

“Melalui kolaborasi dengan PT Swayasa Prakarsa, SMK-SMTI Yogyakarta akan menyediakan tempat produksi dan tenaga operator dari siswa-siswa Kimia Industri dan Teknik Mekatronika guna memenuhi target pesanan GeNose C19 tersebut,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan melalui siaran pers, Senin (25/1/2021).

Pihaknya siap mendukung penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten melalui unit pendidikan vokasi di bawah binaan BPSDMI Kemenperin. Contohnya, SMK-SMTI Yogyakarta yang berkomitmen dalam penerapan pelatihan berbasis kompetensi dalam rangka pengembangan SDM industri melalui kerja sama tersebut.

Menurut Arus, SMK-SMTI Yogyakarta memiliki SDM terampil untuk mendukung proses produksi GeNose C19 secara massal.

Diharapkan hasil karya merek berkontribusi dalam membantu proses pelacakan penderita Covid-19 serta mengurangi penyebaran penyakit Covid-19 dengan lebih cepat. Kegiatan ini juga sebagai pengalaman siswa-siswa dalam kegiatan produksi di industri manufaktur.

Arus optimistis inovasi yang dijalani melalui langkah sinergi ini dapat mendongkrak daya saing Indonesia.

Sementara itu, GeNose atau alat deteksi Covid-19 dengan menggunakan hembusan nafas ditargetkan dapat produksi sebesar 10.000 unit per bulan. Adapun usai mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember lalu, GeNose sudah menjual 100 unit tahap awal.

Adapun GeNose kini dijual seharga Rp62 juta yang langsung dapat digunakan tenaga kesehatan atau nakes baik dokter atau perawat.

Tim GeNose UGM Dian K. Nurputra mengatakan sejak mendapat izin edar tersebut pihaknya mengaku tak henti mendapat pesanan bahkan hingga dari perusahaan besar asal Singapura. Untuk itu, setelah 100 unit pertama kini tengah diproduksi 100 unit selanjutnya.

"Januari nanti kami targetkan dapat 2.000 unit kemudian 5.000 unit hingga 10.000 unit per bulan dan PR kami selanjutnya melakukan otorisasi mungkin dengan BNPB dan Kementerian Kesehatan untuk memasukan GeNose pada ekosistem," katanya.

Pemesanan mesin GeNose saat ini pun bisa dilakukan melalui website resmi UGM dengan sejumlah proses pemesanan.

Saat ini, GeNose masih menjadi alat skrining pertama yang selanjutnya masih diperlukan akurasi swab test PCR kembali. Alat ini mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 di orofaring atau tenggorakan melalui hasil metabolisme VOC (volatile organic compound) di mana deteksi melalui nafas ini bukan hal baru tetapi sudah digunakan pada kanker paru-paru.

Dian mengemukakan kemampuan GeNose yakni dengan sensitifitas 90%, spesifisitas 96, akurasi 93% dengan PPV 88% dan NPV 95%. Alhasil, dengan semakin sering GeNose digunakan tingkat akurasi deteksi virus pun semakin kuat yang diharapkan juga lebih cepat menangkap munculnya varian baru dari Covid-19 saat ini.

Menurut Dian, pada pemeliharaan awal penggunaan GeNose C19, mesin perlu dikalibrasi dan dicek ulang setelah testing 5.000 sampel nafas. Pemeliharaan dan pengecekan berikutnya dilakukan setelah pemeriksaan 150.000 sampel nafas atau apabila muncul gangguan mesin.

"Mesin dapat didekontaminasi dengan menggunakan desinfektan tipe swab atau oles dan tidak disarankan menggunakan semprot juga mesin dalam kondisi mati saat dibersihkan," ujar Dian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper