Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Rendah Bikin Harga Properti di Singapura Naik di Tengah Pandemi

Singapura bergabung dengan negara-negara dari Australia dan Selandia Baru hingga Inggris dan AS di mana pasar properti melonjak selama krisis kesehatan, karena tingkat suku bunga terendah memicu permintaan.
Properti komersial di kawasan pusat bisnis Singapura./Bloomberg/Nicky Loh
Properti komersial di kawasan pusat bisnis Singapura./Bloomberg/Nicky Loh

Bisnis.com, JAKARTA - Harga rumah Singapura naik paling tinggi dalam lebih dari dua tahun pada kuartal terakhir tahun 2020, karena spekulasi meningkat bahwa pemerintah mungkin akan memberlakukan langkah-langkah untuk mendinginkan pasar.

Urban Redevelopment Authority mencatat nilai properti meningkat 2,1 persen pada kuartal IV/2020. Angka ini tidak berubah dari perkiraan awal bulan ini dan ini merupakan kenaikan terbesar sejak kuartal kedua 2018, ketika harga naik 3,4 persen.

Kenaikan harga kuartal ketiga berturut-turut menggarisbawahi ketahanan pasar properti Singapura selama resesi terburuk di kota itu. Penjualan rumah juga meningkat, naik terbesar dalam enam bulan di bulan Desember.

Untuk seluruh tahun 2020, harga apartemen di negara pulau itu meningkat sebesar 2,2 persen, atau kurang dari 2,5 persen pada tahun 2019. Pada 2018, harga apartemen sempat tumbuh lebih tinggi sebesar 7,9 persen.

Pemulihan harga tersebut menentang kekhawatiran bahwa pasar perumahan dapat merosot karena pandemi virus Corona yang memaksa perusahaan untuk memangkas pekerjaan dan upah.

Sebaliknya, Singapura bergabung dengan negara-negara dari Australia dan Selandia Baru hingga Inggris dan AS di mana pasar properti melonjak selama krisis kesehatan, karena tingkat suku bunga terendah memicu permintaan.

Komentar terbaru dari pemerintah Singapura telah mendorong analis berspekulasi bahwa pihak berwenang mungkin mempertimbangkan serangkaian kebijakan untuk menenangkan pasar, sebuah langkah pernah dibuat pada Juli 2018.

Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat dan Menteri Pembangunan Nasional Desmond Lee mengatakan bahwa pemerintah sedang memantau perkembangan dengan cermat. Heng, yang juga menteri keuangan, mengatakan pihak berwenang tidak ingin melihat pasar properti berjalan lebih cepat dari fundamental ekonomi yang mendasarinya.

Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk menaikkan bea materai, terutama untuk investor dan orang asing, karena alat tersebut telah memperlambat laju kenaikan harga di masa lalu, ungkap DBS Group Holdings Ltd. dalam analisanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper