Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei Konsumen : Vape Sebagai Rokok Alternatif Perlu Promosi Lebih Gencar

Hasil survei konsumen dalam temuan Multi Country Vaping Research oleh Health Diplomats dan Kantar di enam negara, termasuk Indonesia, menunjukkan permintaan akan promosi vape sebagai rokok alternatif harus lebih ditingkatkan.
NCIG International memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia melihat potensi pasar rokok elektrik yang besar. /FOTO REUTERS
NCIG International memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia melihat potensi pasar rokok elektrik yang besar. /FOTO REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA — Hasil survei konsumen dalam temuan Multi Country Vaping Research oleh Health Diplomats dan Kantar di enam negara, termasuk Indonesia, menunjukkan permintaan akan promosi vape sebagai rokok alternatif harus lebih ditingkatkan.

Kepala Pusat Studi Konstitusi Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah mengatakan bahwa di Indonesia budaya tembakau sudah mengakar kuat dalam kebiasaan masyarakat sehari-hari. Untuk itu, opsi yang lebih realistis untuk membantu perokok dewasa mengurangi konsumsi rokok adalah dengan memiliki akses terhadap produk alternatif dengan potensi risiko lebih rendah seperti vape, HTP, dan produk HTPL lainnya.

"Sejalan dengan hasil survei tersebut, edukasi konsumen yang tepat untuk produk HTPL dan penerapan kebijakan pegurangan dampak buruk tembakau sudah sangat mendesak terutama untuk mengatasi salah paham tentang profil risiko HTPL," katanya dalam diskusi virtual Bedah Riset Persepsi Konsumen terhadap Rokok Elektrik, Kamis (21/1/2021).

Trubus menyebut risiko kesehatan penggunaan produk HTPL lebih rendah karena tidak ada proses pembakaran seperti rokok konvensional. Bahkan, risiko kesehatan vape 95 persen lebih rendah sehingga tidak ada hubungan penggunaan vape dengan masalah pernapasan dan kecanduan.

Trubus juga menipis adanya anggapan bahwa bahaya merokok disebabkan karena nikotin. Padahal, faktanya nikotin hanya menyebabkan kecanduan seseorang saja. Hanya saja, proses pembakaran pada roko menghasilkan TAR yang mengandung sebagian besar penyebab kanker dan bahan kimia berbahaya lainnya.

Saat ini, Trubus mencatat pengguna vape di Indonesia sudah mencapai 2,2 juta, dan jumlah penjual vape mencapai 5.000 outlet. Alhasil, potenis ekonomi dari industri ini ke depan masih sangat menjajikan

Belum lagi dari sisi kontribusi cukai dari produk HTPL ini juga mengalami peningkatan. Di mana pada tahun pertama pengenaan cukai kategori HTPL yakni periode Oktober-Desember 2018, industri ini menyumbang Rp154 miliar. Sementara pada posisi Agustus 2020 angkanyan meningkat telah mencapai Rp515,9 miliar.

Hal itu sejalan dengan, Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) yang meramal pendapatan cukai HPTL pada tahun ini akan tumbuh setidaknya 40 persen secara tahunan.

Sekretaris Umum APVI Garindra Kartasasmita mengatakan jika dibargi rata-rata per bulan, nilai cukai HPTL pada 2020 bisa tumbuh 110,97 persen menjadi Rp900 miliar. Namun, Garindra menilai pertumbuhan pembelian pita cukai tidak akan lebih dari dua kali lipat pada tahun lalu.

Garindra berujar hal tersebut diseabkan oleh anjloknya permintaan cairan vape pada kuartal II/2020 sebesar 50 persen dibandingkan kurtal I/2020. Sementara cukai HPTL pada 2019 sebesar Rp426,6 miliar dengan level produksi sekitar 2,5 juta botol per bulan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper