Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tunjuk Konglomerat jadi Dewas SWF, Staf Sri Mulyani Bilang Begini

Penunjukan 3 calon Dewan Pengawas (Dewas) dan dewan direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) perlu diawasi. Latar belakang Dewas dan calon direksi yang sebagian besar berlatar belakang pengusaha berpotensi memonopoli 'SWF' atau LPI untuk kepentingan ekonomi kelompok tertentu.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) berbincang dengan Menko Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan (kiri) sebelum mengikuti rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/3/2020). Ratas tersebut membahas  kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2021 dan rencana kerja pemerintah tahun 2021. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) berbincang dengan Menko Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan (kiri) sebelum mengikuti rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/3/2020). Ratas tersebut membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2021 dan rencana kerja pemerintah tahun 2021. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA -- DPR telah mengumumkan 3 nama calon Dewan Pengawas Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI).

Ketiganya adalah Darwin Cyril Noerhadi, Yozua Makes, dan Haryanto Sahari. Usut punya usut, ketiga calon dewas ini semuanya berlatar belakang pengusaha dan terafiliasi dengan kepentingan bisnis kelompok tertentu.

Padahal jumlah dana yang akan dikelola oleh lembaga ini cukup besar. Presiden Joko Widodo bahkan sesumbar dalam waktu sebulan atau paling lama dua bulan, LPI bisa menarik dana atau investasi hingga Rp280 triliun.

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo berdalih bahwa panitia seleksi sudah mempertimbangkan semua aspek. Apalagi misi SWF adalah menarik investasi.

“Jadi harus paham dengan seluk beluk dan dinamika bisnis,” katanya melalui pesan singkat, Rabu (20/1/2021).

Dikutip dari laman resmi Rumah Sakit Hermina, Darwin Cyril Noerhadi saat ini menjabat sebagai Komisaris Rumah Sakit Hermina.

Selain itu dia juga tercatat sebagai Komisaris Utama (independen) PT Mandiri Sekuritas, Komisaris (independen) PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, dan Direktur Utama Director Creador Indonesia.

Darwin sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Managing Director PT Medco Energi Internasional Tbk, Partner PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia–Corporate Finance, Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta, Direktur Utama PT KDEI, dan Executive Director PT Danareksa.

Sementara Yozua Makes adalah pendiri Grup Plataran. Yozua juga tercatat sebagai pengacara keuangan perusahaan dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang praktik keuangan perusahaan, merger & akuisisi, pasar modal dan hukum investasi.

Adapun Haryanto Sahari juga pernah tercatat menjadi Komite Audit Perseroan Rumah Sakit Hermina pada 2018-2018. Saat ini dia menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Permata sejak tahun 2017.

Haryanto juga menduduki jabatan strategis di sejumlah perusahaan. Dia adalah anggota Komite Audit PT Unilever Tbk dan Komisaris Utama PT Bukit Barisan Indah Prima sejak 2011.

Ketiganya akan mendampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri BUMN Erick Thohir dalam mengawasi kinerja SWF.

Yustinus menjelaskan bahwa kewenangan dan fungsi dewas sudah jelas dalam peraturan pemerintah. Di dalamnya juga ada anggota ex officio yang mewakili pemerintah.

“Jadi sifat keanggotaan dewas yang baru ini memang melengkapi agar view dan perspektif lebih holistik,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper