Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan semen domestik 2021 diperkirakan meningkat 3-6 persen setelah terkontrasi 10,4 persen pada tahun lalu. Proyek infrastruktur akan menjadi salah satu katalis pertumbuhan tersebut.
Departement Head Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan katalist positif peningkatkan penjualan semen pada tahun ini adalah proyek-proyek infrastruktur terutama karena peningkatan belanja APBN 2021 untuk infrastruktur tumbuh sebesar 47,3 persen atau menjadi Rp414 triliun.
Jumlah anggaran ini sudah lebih besar daripada realisasi anggaran infrastruktur APBN 2019 sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar Rp399,8 triliun.
"Katalis selanjutnya tentu program vaksinasi dan efektifitas vaksin yang diharapkan menciptakan ekspektasi positif terhadap kecepatan pemulihan ekonomi nasional," katanya melalui siaran pers, Rabu (20/1/2021).
Dendi menyebut faktor risiko 2021 adalah laju peningkatan kasus positif Covid-19. Jika kasus positif meningkat tidak terkendali, bukan tidak mungkin terjadi pemotongan dan realokasi anggaran seperti 2020 lalu, diterapkan PSBB lagi, dan pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat, yang bisa berdampak pada pelemahan permintaan semen.
Faktor risiko lain adalah persaingan yang sangat ketat karena kapasitas terpakai masih relatif rendah yaitu hanya sebesar 55 persen, yang bisa memicu perang harga.
Baca Juga
Sebagai tambahan, KPPU baru saja menjatuhkan menghukum PT Conch South Kalimantan Cement (CONCH) karena terbukti melakukan predatory pricing yakni melakukan upaya jual rugi dan penetapan harga yang sangat rendah, yang melanggar Pasal 20 Undang-undang Nomor 5/1999.
Adapun penjualan semen domestik Desember 2020 terkontraksi 6,0 persen secara bulanan, menjadi 5,7 juta ton dan susut 12,1 peren secara tahunan. Adapun, angka tertinggi penjualan semen domestik pada 2020 terjadi pada Oktober sebesar 6,2 juta ton dan terendah pada Mei sebesar 3,2 juta ton.
Dendi mengatkan secara kumulatif, penjualan semen domestik sepanjang 2020 terkontraksi 10,4 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya yakni 2019 sebesar 0,7 persen.
"Hasil itu menjadi pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir. Realisasi petumbuhan semen tahun lalu sesuai dengan proyeksi kami pada awal pandemi Covid-19, yang memprediksi penjualan semen domestik antara minus 8,5 persen hingga minus 11,6 persen," katanya.