Bisnis.com, JAKARTA – Center of Reform on Economics(CORE) Indonesia menyatakan proyeksi pertumbuhan sektor manufaktur oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) masih realistis.
Namun demikian, tren pertumbuhan negatif diramalkan masih akan berlanjut pada kuartal I/2021.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal meramalkan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021 akan berada di kisaran 3-6 persen. Adapun, pertumbuhan sektor manufaktur diprediksi akan mencapai 2-4 persen.
"[Kalau 3,95 persen] skenarionya agak optimistis. Jadi, yang memungkinkan sebetulnya di [kisaran] 3 persen, tapi masih memungkinakn di 3,95 persen," katanya kepada Bisnis, Minggu (3/1/2021).
Seperti diketahui, Kemenperin meramalkan pertumbuhan sektor manufaktur sepanjang 2021 akan mencapai 395 persen. Sementara itu, pertumbuhan sektor manufaktur hingga akhir 2020 akan terkoreksi hingga 2,2 persen.
Dengan kata lain, pertumbuhan sektor manufaktur pada kuartal IV/2020 masih akan merosot sekitar 1,1 persen. Artinya, sektor manufaktur nasional berturut-turut tumbuh di zona merah selama 9 bulan terakhir 2020.
Baca Juga
Faisal meramalkan tren tersebut akan berlanjut ke kuartal I/2021 karena ia memprediksi pertumbuhan sektor manufaktur pada kuartal I/2020 masih berada di zona merah.
"Ada kemungkinan masih negatif [pertumbuhanya], walaupun sedikit, karena basisnya positif. Tapi, pada kuartal II/2021 hingga kuartal IV/2021 akan naik terus," ucapnya.
Faisal memproyeksikan akan ada beberapa sektor manufaktur yang tetap mencatatkan performa positif pada kuartal I/2021, yakni industri makanan dan minuman, kimia dan farmasi, dan tekstil dan produk tekstil. Menurutnya, hal tersebut didasarkan oleh bergeraknya sektor ritel nasional pada 3 bulan pertama 2021
Namun, Faisal menilai sektor otomotif dan elektronika masih harus menunggu pemulihan daya beli konsumen sebelum pulih. Faisal berujar kedua sektor tersebut masih akan terkoreksi pertumbuhannya mengingat kedua sektor tersebut merupakan barang tersier bagi mayoritas konsumen.
"Ada kemungkinan positif, tapi masih lemah, terutama di otomotif. Otomotif sebelum pandemi saja sudah turun [tren produksinya]. Durable goods yang bukan kebutuhan harian [masih sulit tumbuh di kuartal I/2021]," ucapnya.