Bisnis.com, JAKARTA - Hasil rapid test antigen dan antibodi yang diselenggarakan PT Angkasa Pura I (Persero) bagi calon penumpangnya menunjukkan rata-rata 2 persen di antaranya mendapatkan hasil reaktif.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi menuturkan bahwa sepanjang 18--28 Desember 2020 di 14 bandara kelolaannya yang menyelenggarakan tes Covid-19 berupa rapid test antigen dan antibodi sudah memeriksa 59.867 orang.
"Kalau dilihat dari 18-28 Desember 2020 di 14 bandara yang melakukan pemeriksaan antigen dan antibodi sebanyak 59.867 orang, yang mana 81 persen pemeriksaan rapid antigen dan 19 persen rapid antibodi," ujarnya, Rabu (30/12/2020).
Dia menyebut berdasarkan jumlah tersebut sejumlah 1,96 persen calon penumpang yang melakukan tes antigen dinyatakan reaktif atau sebanyak berkisar 950 orang. Sementara calon penumpang yang reaktif hasil tes antibodi sebanyak 3,6 persen atau berkisar 409 orang.
Secara angka terangnya, rata-rata hasil reaktif keseluruhan masih di bawah 2 persen dari total tes. Jumlah tersebut, menurutnya, tidak terlalu signifikan, para calon penumpang tersebut pun diminta melakukan tes lebih lanjut.
"Jadi rata-rata reaktif di bawah 2 persen, tidak terlalu tinggi, hal-hal itu sudah dilakukan secara baik, sampai dengan hari ini relatif lancar di tempat-tempat pelayanan," katanya.
Baca Juga
Dia mengaku sempat terjadi penumpukan penumpang yang melakukan tes Covid-19 di awal penerapan. Pasalnya, di sejumlah daerah, bandara AP I dianggap yang paling siap, sementara klinik-klinik lain belum menyiapkan rapid test antigen.
Selain itu, AP I mematok harga tes antigen hanya Rp170.000 lebih murah dibandingkan dengan klinik di luar bandara yang masih menyediakan layanan antigen seharga Rp400.000--Rp500.000.
"Pada tanggal 17--18 Desember 2020 sempat terjadi penumpukan di Surabaya karena menjadi alternatif tes rapid antigen, waktu itu tersedia di bandara di tempat lain belum, kalaupun tersedia di tempat lain harganya tinggi," katanya.
Dia bercerita bahkan sebagian peserta tes Covid-19 bukan akan menggunakan pesawat, melainkan pengguna moda angkutan lain. "Ini penumpang bukan mau naik pesawat, tapi mau gunakan moda transportasi lain datang ke bandara [ikut tes rapid antigen] dan terjadi penumpukan," imbuhnya.