Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) mengungkapkan kelangkaan kontainer 40 feet untuk kebutuhan ekspor merupakan dampak dari menumpuknya persoalan mengenai logistik ekspor dan impor di Indonesia. Pandemi Covid-19 dan persaingan perdagangan mengekspos kelemahan yang memang saat ini ada.
Ketua Umum DPP Asdeki Muslan AR menuturkan pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia yang juga berdampak terhadap terganggunya aktivitas ekspor dan impor karena belum stabilnya perekonomian dan perdagangan global maka aliran kontainer secara internasional ikut berpengaruh.
"Di Indonesia terjadi ketidaksamaan tipe kontainer impor dan ekspor, untuk impor cenderung menggunakan kontainer 20 kaki karena lebih dominan impor pada raw material. Kebutuhan ekspor dari Indonesia adalah bahan jadi sehingga eksportir lebih memilih menggunakan kontainer 40 feet standar atau high cube," jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (23/12/2020).
Lebih lanjut, biaya pengiriman via laut (freight) dan angkutan truk serta biaya di pelabuhan THC dan sebagainya memiliki perbandingan yang tidak seimbang. Kontainer 20 kaki atau kontainer dengan tarif 100 persen dengan kapasitas maksimal 30 Cbm atau berat maksimal bisa sampai 24 ton kurang bersaing dengan tarif kontainer 40 kaki.
Adapun, kontainer 40 kaki atau kontainer tarif freight, THS, Trucking, dan Depo, hanya 1,6 persen apabila dibandingkan dengan menggunakan cont 20 kaki padahal kapasitas bisa dimuat dengan kargo sampai 54 CBM atau 2 kali lipat kontainer 20 kaki.
"Akibat dari tidak adanya keseimbangan kebutuhan, kontainer 40 kaki untuk ekspor dan impornya menggunakan kontainer 20 kaki. Maka, dengan terpaksa perusahaan pelayaran melakukan atau mendatangkan kontainer kosong atau reposisi dan biaya tersebut ditanggung 100 persen oleh perusahaan pelayaran," jelasnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Muslan menerangkan belum berlakunya pelaksanaan Peraturan Pemerintah atau Kementerian Perhubungan perihal kelaikan kontainer yang berstandar internasional membuat para eksportir selalu berusaha mendapatkan kontainer yang baik, tetapi bukan kontainer yang layak pakai sesuai kargo barang dan standar internasional.
Selain itu, adanya perang dagangan internasional antara Amerika serikat dengan China. Dengan demikian, perusahaan pelayaran cenderung memilih pasar ke Amerika dan Eropa yang karena tarif freight lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Inter Asia.