Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI) mencatat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi yang paling terdampak selama pandemi Covid-19. Padahal, pangsa pasarnya lebih dari 99 persen dari total pelaku usaha di Indonesia.
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Soekarni mengatakan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan, Covid-19 berdampak pada penjualan dan keuntungan UMKM.
“Lebih dari 70 persen UMKM mengalami penurunan penjualan dan keuntungan hingga lebih dari 50 persen,” katanya melalui diskusi virtual, Kamis (17/12/2020).
Soekarni menjelaskan bahwa mayoritas atau 58,76 persen harga jual produk menurun. Di sisi lain, biaya mengalami peningkatan. Rinciannya adalah bahan baku 45,07 persen, transportasi 23,41 persen, tenaga kerja 5,46 persen, dan lain-lain 44,33 persen.
“Ini membuat potensi risiko ketika UMKM tidak mampu bertahan. Mereka akan mengalami kredit macet, PHK, kebangkrutan, serta supply and demand drop,” jelasnya.
Akan tetapi UMKM memiliki strategi untuk tetap bertahan. Mereka biasanya melakukan pemotongan harga, mencari pasar baru, dan mencari pemasok bahan baku yang lebih murah.
Baca Juga
Lalu mereka mengurangi tenaga kerja, memohon penundaan pembayaran, dan keringanan bunga di bank.
Oleh karena itu, Soekarni menuturkan bahwa stimulus ekonomi untuk UMKM harus terus dilanjutkan di tengah pandemi. Pemerintah juga perlu melakukan intervensi pada sisi permintaan.
Kemudian pembangunan basis data UMKM yang solid dan terintegrasi. Ada pula penguatan aliansi strategis BUMN dengan UMKM dan lembaga pembiayaan mikro.
“Selanjutnya penguatan ekosistem inovasi dan digital dalam peningkatan kemampuan UMKM. Terakhir memberikan pendampingan yang intensif dan berkelanjutan untuk mempercepat proses transfer knowledge, teknologi, dan literasi bagi UMKM,” ucapnya.