Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Berpotensi Kebanjiran Produk BBM Jenis Solar, kok Bisa?

Pada 2030 akan terdapat 440.000 kendaraan dan 266 unit kapal laut yang akan berbahan bakar gas.
KaryawanPertamina memberi penjelasan terkait kesiapan pasokan BBM, di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (19/12/2018)./ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
KaryawanPertamina memberi penjelasan terkait kesiapan pasokan BBM, di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (19/12/2018)./ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia mendorong penggunaan energi fosil yang lebih ramah lingkungan sebagai langkah untuk transisi energi. Berbagai program konversi dari BBM ke gas tengah dijalankan pemerintah.

Pemerintah terus mendorong penggunaan gas untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar mulai dari kendaraan hingga ke pembangkit listrik. Di sisi lain, pemerintah juga terus menggenjot program biodiesel.

Sejak 2019, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor Solar. Sementara itu, rencana pengembangan biodiesel diproyeksikan hingga 2025 bisa mencapai 10,5 juta kiloliter (kl) dan 13 juta kl pada 2035.

Sekretaris Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto mengatakan bahwa pada 2030 akan terdapat 440.000 kendaraan dan 266 unit kapal laut yang akan berbahan bakar gas. Di samping itu, masih terdapat kendaraan bermotor listrik (KBL) dengan total 2 juta mobil dan 14 juta motor.

Pada periode tersebut, akan terdapat kilang tambahan yang merupakan 1 unit kilang baru dan 4 unit pengembangan. Djoko mengatakan bahwa produksi Solar dari kilang tersebut nantinya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasalnya, DEN memproyeksikan pada 2030 akan terjadi surplus diesel sebesar 41.000 barel setara minyak per hari.

"Untuk kapal dan kereta, problemnya kalau diganti gas kita kelebihan Solar, jadi gas itu kita utamakan untuk elektrik seperti pembangkit listrik," katanya dalam sebuah webinar Kamis (17/12/2020).

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengamini proyeksi kelebihan pasokan Solar nantinya. Menurutnya, pada dasarnya dengan produksi saat ini kebutuhan Solar Indonesia telah tercukupi.

Andriah menilai pengembangan green gasoline lebih diperlukan Indonesia saat ini mengingat kebutuhan dalam negeri yang masih sangat besar untuk produk-produk bensi (gasoline).

Kementerian ESDM mencatat pada 2019 konsumsi bensin dalam negeri sebesar 35,55 juta kl. Pada periode tersebut Indonesia masih mengimpor bensin sebesar 19,18 juta kl untuk mencukupi kekurangan yang diproduksi.

"Memang ini menjadi satu tantangan juga buat kita karena kalau kita melihat neracanya harusnya kita memang gasoline yang kita dorong, tetapi memang saat ini saat ini malah diesel, tetapi dengan green diesel kita bisa mengekspor karena di luar sudah banyak menggunakan green diesel," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper