Bisnis.com, JAKARTA – Meski internet mulai menjadi pilihan medium bagi para pengiklan, industri periklanan di Indonesia ternyata masih berhadapan dengan sejumlah tantangan.
Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Janoe Arijanto mengatakan tantangan transformasi digital yang belum merata menjadi kendala bagi pelaku industry periklanan.
Kedua, belanja iklan digital masih dinikmati oleh platform global, bukan publisher lokal. Adapun, sebanyak 75 persen pangsa pasar industri iklan Indonesia dinikmati oleh pemain global, seperti Facebook Group, Google, dan Youtube.
Terkait dengan hal tersebut, pelaku industri iklan dalam negeri telah menyiapkan sejumlah strategi antara lain penguatan konten lokal, perluasan literasi digital ke daerah, dan mengintegrasikan medium konvensional seperti media luar ruangan dan radio dengan saluran digital.
"Pada 2021, sebenarnya memang agak sulit untuk diramalkan. Namun, tapi akan naik di kisaran 7,5 - 10 persen. Kenaikan bakal didominasi oleh media digital. TV persentase tetap paling besar, tapi digital akan menikmati pertumbuhan paling signifikan," ujar Janoe kepada Bisnis.com, Rabu (16/12/2020).
Tahun ini, jelas Janoe, nilai belanja iklan di Indonesia dihitung berdasarkan skenario pesimistis dan optimistis. Untuk skenario pesimistis, dia memperkirakan nilai belanja iklan di Tanah Air berada di angka Rp175 triliun, sedangkan untuk skenario optimistis nilainya bisa mencapai Rp180 triliun.
Baca Juga
Janoe mengungkapkan, sampai dengan September 2020 nilai realisasi belanja iklan di Indonesia lebih dari Rp150 triliun. Dengan demikian, dia menilai cukup realistis belanja iklan tahun ini akan melampaui nilai tahun lalu.
Dari segi komposisi, terjadi perubahan cukup mendasar pada 2020 dari kuartal II hingga kuartal IV berjalan, yaitu kenaikan drastis iklan digital yang disebut meningkat 3 kali lipat.