Bisnis.com, JAKARTA - Surplus neraca perdagangan diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga pertengahan 2021 dikarenakan progres pemulihan impor tidak akan secepat ekspor.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan perbaikan kinerja ekspor berpotensi akan terus berlanjut seiring dengan perbaikan volume permintaan dari negara mitra dagang Indonesia.
Tren pemulihan ekspor sudah mulai terlihat pada awal kuartal III/2020 yang didukung dengan peningkatan harga komoditas ekspor seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara secara gradual.
Pemulihan harga komoditas ekspor pun ditopang oleh perbaikan permintaan dari negara mitra dagang utama Indonesia, terutama China dan India.
"Peningkatan permintaan komoditas akan ikut mendorong ekspor Indonesia mengalami peningkatan ke depannya dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya kepada Bisnis, Selasa (15/12/2020).
Di sisi lain, Josua mengatakan kinerja impor diperkirakan akan cenderung meningkat namun dengan tingkat pertumbuhan yang lebih terbatas.
Baca Juga
Menurutnya, peningkatan aktivitas domestik khususnya konsumsi dan investasi swasta, belum akan kembali ke level konsisten selama herd immunity belum terbentuk secara menyeluruh di tingkat nasional. Apalagi, vaksinasi yang juga masih memerlukan proses produksi dan pendistribusian.
"Sejalan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi domestik yang disertai dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021 mendatang, maka kinerja impor akan meningkat secara konsisten pada semester II tahun 2021," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada November 2020 kembali mengalami surplus.
Neraca perdagangan pada November 2020 mengalami sebesar US$2,62 miliar pada November 2020, dengan nilai ekspor tercatat sebesar US$15,28 miliar, sedangkan impor sebesar US$12,66 miliar.