Bisnis.com, JAKARTA — Tidak ada strategi khusus bagi pelaku industri pariwisata dalam menyambut lonjakan wisatawan pada liburan akhir tahun nanti.
Pelaku industri pariwisata diminta tetap menjalankan strategi yang diterapkan pada Oktober lalu, yakni memastikan penerapan protokol kesehatan.
Menurut Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Djunaedi, pelaku industri sektor pariwisata diminta untuk memastikan destinasi wisata tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19 pada liburan akhir tahun nanti.
"Perlu bagi semua stakeholder untuk melaksanakan protokol kesehatan. Dengan demikian, harus dipastikan benar-benari diberikan sanksi kepada mereka yang tidak mengikuti protokol kesehatan," ujar Didien kepada Bisnis, Senin (14/12/2020).
Lonjakan wisatawan pada momen libur panjang natal dan tahun baru (nataru) diperkirakan sama dengan momen libur panjang pada akhir Oktober 2020.
Pemotongan hari cuti bersama oleh pemerintah tidak akan memengaruhi minat wisatawan pada akhir tahun. Dengan kata lain, okupansi hotel di sejumlah destinasi wisata seperti Bali, Bandung, Bogor, dan Yogyakarta masih akan berkisar di antara 40 persen—50 persen.
Baca Juga
Didien mengatakan bahwa baru-baru ini Provinsi Bali telah mulai kebanjiran ribuan turis yang akan menghabiskan liburan akhir tahun. Wisatawan datang baik menggunakan kendaraan jalur darat yang dinilai lebih aman maupun pesawat sebagai efek diskon harga.
"Kendati dikurangi liburnya, tetapi nafsu untuk berlibur masih tinggi. Pemotongan cuti tidak akan mengubah kebiasaan berlibur selama natal dan tahun baru," lanjut Didien.
Dia memperkirakan jumlah turis domestik pada liburan nataru nanti jumlahnya hanya 30 persen dari tahun periode yang sama tahun lalu. Kendati demikian, angka tersebut dinilai sudah cukup untuk menjaga nafas pelaku usaha sektor pariwisata.