Bisnis.com, JAKARTA - Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) menjadi ajang yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh berbagai kalangan masyarakat di Tanah Air. Ajang tersebut menjadi kesempatan untuk mendapatkan berbagai macam barang dengan harga yang jauh dibawah harga normal atau diskon.
Bahkan, tak sedikit pula yang sengaja menunggu hadirnya ajang tersebut untuk membeli barang yang sebenarnya dibutuhkan sesegera mungkin. Seperti yang dilakukan oleh Aga Devega, dia menunggu Harbolnas 12.12 yang digelar pada Sabtu (12/12/2020) untuk membeli produk perawatan tubuh rutinnya.
“Nunggu [Harbolnas] 12.12 aja biar dapat diskon kan lumayan. Padahal [produknya] di rumah sudah habis. Nggak apa-apa [menunggu beberapa hari,” ungkapnya.
Namun, dirinya tak mau sembarangan berbelanja atau dengan mudahnya tergiur oleh diskon di ajang tersebut. Karena berdasarkan pengalamannya tak sedikit diskon yang diberikan saat Harbolnas hanya sekadar gimik untuk menarik minat konsumen awam.
“Diskonnya kelihatan gede, menarik banget. Setelah dicek lagi ternyata sebelum diskon harganya sudah dinaikkan dahulu. Kan sama aja bohong namanya,” ujarnya.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan saat berbelanja di ajang Harbolnas adalah kualitas barang yang dijual. Karena tak jarang beberapa penjual memanfaatkan ajang tersebut untuk menghabiskan stok lama atau cuci gudang.
Baca Juga
Barang yang sudah terlalu lama tersimpan di gudang kualitasnya tentu mengalami penurunan. Namun, tak sedikit penjual nakal yang tak menginformasikan keadaan barang sebenarnya kepada konsumen.
Seperti yang pernah dirasakan oleh Handry Aqil, dia tergiur dengan sepatu olahraga yang dijual dengan harga separuh dari harga normal di salah satu platform dagang el saat ajang Harbolnas beberapa bulan lalu. Namun, setelah produk sampai ke tangannya ternyata jauh dari ekspektasi awal.
“Diskon sih, tapi ternyata barang udah lama, ada cacatnya sedikit juga. Si penjual nggak kasih deskripsi di awal. Kalau begini besok-besok belinya mending di official store [toko resmi] yang sudah jelas aja deh walaupun nggak semurah lainnya,” tuturnya.
Apa yang dirasakan oleh Aga dan Handry saat ajang Harbolnas pada dasarnya adalah persoalan yang sering dihadapi oleh pengguna platform dagang el saat mereka bertransaksi sehari-hari.
Menurut Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, hal yang paling banyak diadukan masih terkait dengan platform dagang-el adalah produk yang tidak sampai ke tangan konsumen. Selain itu, konsumen juga banyak mengadukan produk yang mereka terima tidak sesuai dengan spesifikasi yang tercantum di aplikasi atau situs masing-masing platform dagang-el.
Selama lima tahun terakhir, pengaduan konsumen yang berkaitan dengan platform dagang-el selalu menduduki peringkat lima besar. Pada 2019, pengaduan konsumen terkait platform dagang-el berada di peringkat keempat setelah perbankan, pinjaman daring, dan perumahan.
Sementara itu, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Rizal E. Halim, keberhasilan Harbolnas 12.12 tidak serta merta ditentukan dari nilai transaksi saja. Kenyamanan dan keamanan masyarakat dalam bertransaksi sudah seharusnya ikut menjadi penentu keberhasilan tersebut.
“Bagaimana masyarakat nantinya mendapat kenyamanan dan keamanan dalam bertransaksi, informasi yang benar dan akurat serta produk yang berkualitas seperti dijanjikan,” tegasnya.
Kemudian yang tak kalah penting adalah porsi yang diberikan oleh platform dagang el kepada produk dalam negeri. Karena tidak dapat dipungkiri jika ajang Harbolnas selama ini menjadi kesempatan bagi produk-produk impor membanjiri Tanah Air.
Seperti diketahui, beberapa platform dagang el memungkinkan penggunanya berbelanja secara langsung dari penjual yang berada di luar negeri. Harga produk yang terbilang miring serta biaya pengiriman tak terpaut jauh dengan biaya pengiriman antarkota di dalam negeri tentu membuat masyarakat tergiur.
“Sesuai Peraturan Pemerintah No.80/2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik, BPKN juga menggugah agar penyedia layanan e-commerce memberikan porsi yang besar bagi produk dalam negeri untuk dipasarkan dalam aplikasinya masing-masing,” tuturnya.
Rizal menambahkan Harbolnas 12.12 seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak penjualan produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sejauh ini, berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) sebanyak 9,4 juta UMKM sudah memanfaatkan platform daring untuk memasarkan produknya.
Sementara itu, Ketua Komisi Komunikasi dan Edukasi BPKN Johan Effendi mengingatkan agar konsumen cerdas dalam memanfaatkan ragam tawaran yang dipromosikan saat Harbolnas. Pasalnya, sepanjang 2020 keluhan pengguna layanan platform dagang el yang masuk ke BPKN berada di urutan kedua setelah sektor perumahan.
“Keluhan konsumen pengguna layanan e-commerce yang masuk ke BPKN sebesar 23,11%, nomor dua di bawah keluhan terhadap sektor perumahan yang sebesar 39,92%. Adapun jumlah pengaduan yang masuk berjumlah 295 pengaduan,” ungkapnya.
Menurut Johan, hingga 30 November 2020, dari 295 pengaduan yang masuk pihaknya sudah memproses 206 pengaduan dimana 89 pengaduan berhasil diselesaikan dan hak konsumen sudah dipulihkan. Mengenai ragam keluhan yang diterima BPKN, Johan menyampaikan bahwa ada bermacam keluhan yang disampaikan konsumen pengguna platform dagang el.
“Seperti, masalah refund, phising dengan pengambilalihan one-time password (OTP), pembelian barang yang bermasalah, cashback yang tidak didapat, ada juga voucher yang tidak bisa digunakan, garansi yang tidak dipenuhi dan lainnya,” jelasnya.