Bisnis.com, JAKARTA - Pengelola keuangan berkinerja terbaik, BNP Paribas, memborong lebih banyak saham Asia karena pemerintah di kawasan ini menjadi lebih sadar iklim dan mengadopsi energi terbarukan.
Co-manager BNP Paribas Energy Transition fund Ulrik Fugmann mengatakan alokasi perusahaan untuk saham Asia telah meningkat menjadi 18 persen dari 11 persen pada September.
BNP Paribas Energy Transition naik 131 persen tahun ini dan mengalahkan sebagian besar perusahaan sejenis dalam kategori lingkungan, sosial dan pemerintahan (environmental, social, and governance/ESG). Perusahaan itu sedang menjajaki investasi di China, Hong Kong, India dan Korea Selatan.
Kawasan Asia telah menyaksikan tumbuhnya kesadaran akan perubahan iklim setelah China, Jepang, dan Korea Selatan awal tahun ini berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih dalam beberapa dekade mendatang.
Perusahaan regional juga telah melampaui korporasi Amerika Utara dalam pelaporan risiko iklim karena dana berkelanjutan Asia mengumpulkan rekor arus masuk.
"Ambisi hijau memberikan peluang unik untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan turbo-charge dalam memenuhi tujuan iklim kita, dan ini berpotensi diterjemahkan ke dalam pertumbuhan pendapatan yang signifikan bagi perusahaan transisi energi Asia,” kata Fugmann, dilansir Bloomberg, Rabu (9/12/2020).
Baca Juga
BNP Paribas mengurangi saham AS karena Asia kemungkinan akan memiliki laba dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada 2021. Ekspektasi dolar yang lebih lemah juga membantu.
Perusahaan yang berfokus pada solusi lingkungan senilai US$1,8 miliar menambahkan posisi di perusahaan China yang terkait dengan pembangkit listrik tenaga angin, dan memiliki investasi di perusahaan surya dan pembuat baterai.
Saham produsen baterai kendaraan listrik Korea LG Chem Ltd. dan produsen turbin angin yang terdaftar di Hong Kong Xinjiang Goldwind Science & Technology Co., bagian dari kepemilikan utamanya pada Oktober, masing-masing naik 163 persen dan 33 persen tahun ini.
Rencana net-zero China pada tahun 2060 sangat menarik dan akan menguntungkan pemasok sel bahan bakar hidrogen yang memiliki operasi dan kehadiran yang cukup besar di Asia, kata Fugmann.
Fugmann dan co-manager Edward Lees juga mengevaluasi perusahaan India yang dapat menjadi penerima manfaat utama dalam dekarbonisasi sistem pembangkit listrik termasuk generator tenaga surya, produsen peralatan, dan mereka yang terlibat dalam teknologi jaringan pintar.
India menargetkan 40 persen dari kapasitas pembangkit listriknya berasal dari sumber non-fosil pada 2030.
Namun, AS terus menjadi eksposur negara terbesar dengan lebih dari 40 persen portofolio dialokasikan ke perusahaan yang terdaftar di sana.
Pemasang panel surya Sunnova Energy International Inc. dan Ballard Power Systems Inc., pengembang sel bahan bakar hidrogen, adalah dua kepemilikan teratasnya pada Oktober. Saham mereka masing-masing naik 254 persen dan 194 persen pada 2020.