Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maskapai dan Produsen Otomotif 'Selow' Tangani Pengurangan Emisi Karbon

Menurut laporan yang didukung pengelola keuangan Transition Pathway Initiative (TPI), hanya 18 persen perusahaan penerbangan, mobil, dan pengiriman yang telah menetapkan rencana pengurangan karbon.
British Airways/Reuters-Paul Hackett
British Airways/Reuters-Paul Hackett

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar perusahaan transportasi terbesar di dunia, termasuk General Motors Co., Ford Motor Co. dan British Airways IAG SA, tidak mengambil tindakan yang memadai untuk membatasi pemanasan global.

Dilansir Bloomberg, Rabu (9/12/2020), menurut laporan yang didukung pengelola keuangan Transition Pathway Initiative (TPI), hanya 18 persen perusahaan penerbangan, mobil, dan pengiriman yang telah menetapkan rencana pengurangan karbon. Rencana yang dimaksud sejalan dengan Perjanjian Paris untuk menekan pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius pada 2050.

Laporan itu menganalisis sekitar 62 maskapai penerbangan publik, pembuat mobil dan perusahaan pengiriman barang internasional. Sektor transportasi disebut-sebut bertanggung jawab atas sekitar seperempat dari total emisi karbondioksida terkait energi di seluruh dunia.

GM dan Ford termasuk di antara 10 pembuat mobil yang menurut TPI tidak sejalan dengan Perjanjian Paris. Grup tersebut mengatakan Tesla Inc., Volkswagen AG dan Daimler AG adalah pemain terbaik dalam industri mobil.

Laporan itu juga menyebut maskapai penerbangan sebagai sektor yang paling lamban karena ketergantungan mereka pada selisih untuk memenuhi target emisi daripada pengurangan bruto.

United Airlines Holdings Inc., yang menargetkan pengurangan separuh emisinya pada 2050 adalah satu-satunya dari 23 maskapai yang memiliki tujuan selarasa dengan Perjanjian Paris. Selain IAG, Delta Air Lines Inc. dan Southwest Airlines Co. juga dianggap tidak sejalan dengan kesepakatan Paris yang disepakati lima tahun lalu.

IAG, yang tahun lalu berkomitmen untuk mencapai emisi nol karbon pada 2050, mengatakan bahwa meskipun berinvestasi pada bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang akan menghasilkan 70 persen lebih sedikit emisi karbon, industri penerbangan tidak memiliki alternatif langsung selain bahan bakar fosil.

Perwakilan Delta menegaskan kembali bahwa maskapai tersebut menginvestasikan US$1 miliar selama 10 tahun ke depan untuk menjadi netral karbon. Perusahaan tersebut menghentikan operasi pesawat yang lebih tua dan kurang hemat bahan bakar pada 2020.

Southwest mengatakan tidak dapat mengomentari laporan Transition Pathway Initiative tanpa melihatnya. Namun perusahaan itu mengklaim telah melakukan upaya agresif untuk mengurangi konsumsi sumber daya dan emisi, mengelola limbah, mengoperasikan pesawat dan rute yang efisien, dan menggunakan kembali bahan untuk meminimalkan jejak karbon.

Delta tidak segera berkomentar. United mengatakan pihaknya berharap untuk melanjutkan upaya keberlanjutannya.

GM mengatakan pihaknya berencana untuk menginvestasikan US$27 miliar selama lima tahun ke depan dalam teknologi yang mendukung visi masa depan tanpa emisi. Produsen mobil itu bertujuan untuk memimpin pasar Amerika Utara untuk kendaraan listrik. Ford mengatakan berkomitmen penuh untuk memenuhi kesepakatan Paris.

"Tim kami sekarang sedang mengerjakan sebuah rencana yang akan menempatkan kami pada jalur berbasis sains untuk menjadi netral karbon secara global pada 2050," kata Ford dalam pernyataan yang dikirim melalui email.

Laporan Transition Pathway Initiative menyoroti potensi risiko investasi di sektor yang dilanda krisis kesehatan Covid-19. Industri penerbangan, perkapalan, dan otomotif belum menyadari bahwa pandemi mungkin telah mengubah persepsi publik tentang perlunya bepergian, dan kebijakan pemerintah mengambil tindakan yang lebih tegas dengan pencemar utama.

"Aset transportasi termasuk kendaraan, pabrik, dan infrastruktur terancam terdampar," kata Emma Howard Boyd, ketua Badan Lingkungan Inggris dan salah satu pendiri TPI, dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper