Bisnis.com, JAKARTA — Pertamina Energy Institute memperkirakan kebutuhan baterai kendaraan listrik dalam negeri berpotensi meningkat hingga 198 gigawatt hour pada 2050.
Peningkatan kebutuhan baterai didorong oleh potensi meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor listrik di Indonesia.
"Penetrasi kendaraan listrik diproyeksikan makin meningkat terutama setelah 2025 seiring dengan potensi efektivitas regulasi kendaraan listrik yang mendorong kendaraan listrik kompetitif. Kita sudah tahu perpres [Peraturan Prresiden Percepatan Kendaraan Listrik Berbasis Baterai] sudah berlaku sejak tahun lalu," ujar Vice President Pertamina Energy Institute Hery Haerudin dalam webinar Pertamina Energy Webinar 2020-Energizing The Energy Transition, Selasa (8/12/2020).
Baca Juga
Menurut kajian PEI, dengan asumsi penetrasi transisi energi pada tingkat moderat hingga tinggi, penjualan kendaraan listrik diperkirakan dapat mencapai sekitar 15 juta—20 juta kendaraan pada 2050.
Untuk mengantisipasi kebutuhan baterai dalam negeri, imbuh Hery, PT Pertamina (Persero) bersama MIND ID dan PT PLN (Persero) berencana membentuk Indonesia Battery Holding (IBH) dalam manufaktur baterai.
"IBH telah merencanakan pembangunan manufaktur baterai dengan kapasitas 140 GWh yang akan beroperasi pada 2029," katanya.