Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menyatakan utilisasi industri serat saat ini sudah meningkat.
Sekretaris Jenderal APSyFI Redma Wirawasta mendata utilisasi industri serat saat ini berada di kisaran 70 persen. Angka tersebut jauh lebih baik dari kisaran 20 persen pada April-Mei 2020.
"Jadi, sudah mulai jalan pabrikannya, karena salah satunya market domestiknya lumayan mengingat dorongan [permintaan] dari hilir ke hulu," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (3/12/2020).
Redma berujar salah satu pendorong naiknya utilisasi pabrikan adalah membaiknya utilisasi industri serat filamen ke posisi 65 persen. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh beroperasinya kembali produksi serat filamen oleh PT Polychem Indonesia Tbk. dan PT Polyfin Canggih.
Selain itu, Redma menilai fenomena kelangkaan kontainer yang terjadi sejak kuartal III/2020 turut membantu peningkatan utilisasi. Pasalnya, kelangkaan kontainer tersebut mempersulit masuknya produk impor tekstil dan produk tekstil (TPT) ke dalam negeri.
Di samping itu, industri TPT secara keseluruhan kini juga mengerem importasi produk TPT. Pasalnya, biaya logistik naik hingga tiga kali lipat akibat kelangkaan kontainer.
Baca Juga
Walakin, Redma menilai hal yang sama tidak terjadi pada kegiatan ekspor TPT nasional. Pasalnya, produk serat maupun benang yang diekspor merupakan produk khusus yang tidak banyak ditemukan di pasar.
"[Biaya] ekspor kita mahal dan buyer perlu mengejar pasar musiman. Jadi, buyer bayar mahal tidak apa-apa. Ini [kelangkaan kontainer] sentimen positif," ucapnya.
Terpisah, Anggota Eksekutif APSyFI Prama Yudha Amdan mengatakan kelangkaan kontainer saat ini menjadi momentum untuk membenahi industri TPT. Menurutnya, pemangku kepentingan dapat memperbaiki ketergantungan produk impor yang selama ini terjadi.
"Kalau kita sudah bertumpu ke value chain domestik, keadaan tidak separah saat ini," ucapnya.
Prama yang juga menjabat sebagai Head of Corporate Communication PT Asia Pacific Fiber Tbk. mengatakan saat ini sebagian pabrikan hilir TPT sudah mulai mengonsumsi produk lokal. Dengan kata lain, pangsa pasar APF di dalam negeri meningkat karena minimnya bahan baku TPT impor di dalam negeri.