Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur November Ekspansif, Begini Analisis Kadin

Wakil Ketua Bidang Industri Kadin Johnny Darmawan menilai PMI November di level 50,5 saat ini menggambarkan siklus peningkatan produksi yang meningkat setelah ekspansi terakhir terjadi pada periode Agustus.
Aktivitas di pabrik sepatu di Tangerang, Banten./Antara/Akbar Nugroho Gumay
Aktivitas di pabrik sepatu di Tangerang, Banten./Antara/Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Ketua Bidang Industri Kadin Johnny Darmawan menilai PMI November di level 50,5 saat ini menggambarkan siklus peningkatan produksi yang meningkat setelah ekspansi terakhir terjadi pada periode Agustus.

Belum lagi, kondisi sepanjang November juga menunjukkan angka terinfeksi Covid-19 masih stabil pada kisaran 4.000 dan beberapa kali menurun di angka 3.000. Meski sayangnya dalam beberapa hari ini kembali melejit hingga angka kasus di 6.000.

"Dalam tiga bulan terakhir cuman Agustus yang di level 50 karena semua hasilnya sudah diserap pasar dan memang umumnya November pasti naik karena memaksimalkan produksi sebelum tutup tahun dan kinerja Desember yang tidak akan penuh," katanya kepada Bisnis, Selasa (1/12/2020).

Johnny mencontohkan seperti di industri otomotif produksi paling tinggi akan terjadi pada periode November. Alhasil, PMI November di level ekspansi memang sesuai dengan siklus kinerja pabrikan pada umumnya.

Sementara itu, pada Desember mendatang Johnny meramalkan level PMI akan turun sedikit atau tidak akan jauh berbeda dengan November di level 50. Pasalnya, ada rencana Presiden Joko Widodo yang ingin memangkas kembali hari libur karena tidak mengharapkan masyarakat berlibur.

"Jadi memang November bukan level ekpansi karena investasi baru memang harus dipisahkan karena PMI ini hanya supply dan demand," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Center of Industry, Trade, and Investment INDEF Andry Satrio Nugroho menilai dengan PMI manufaktur periode November di level ekspansi bukan berarti mengindikasi industri sudah pulih. Hal itu dikarenakan kenaikan produksi belum cukup besar.

Andry memproyeksi industri baru akan seperti pada kondisi semula setidaknya hingga 2021 nanti.

"Penanganan Covid-19 masih menjadi salah satu hal yang perlu didorong dalam hal ini. Saat ini apalagi dengan kondisi angka kasus harian yang tinggi, bisa saja membuat ekspansi manufaktur terhambat ke depannya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper