Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan pada akhir tahun yang bertepatan dengan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 diperkirakan memberi sumbangan paling besar bagi sektor ritel sepanjang tahun ini.
Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah memperkirakan kontribusi penjualan ritel pada Desember mendatang bisa mencapai 40 persen dibandingkan dengan masa normal yang hanya di kisaran 30 persen. Namun, nilainya bakal tetap lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.
Piter membenarkan bahwa pada masa normal kontribusi selama Ramadan dan Idulfitri kerap memainkan peran penting bagi sektor ritel. Namun, untuk tahun ini hal tersebut akan digeser oleh penjualan pada momen akhir tahun.
“Kita tahu Ramadan dan Idulfitri lalu PSBB ketat sekali dan kekhawatiran terhadap Covid-19 berada pada posisi puncak. Namun, situasinya berbeda saat ini, masyarakat lebih luwes di tengah sentimen vaksin dan pelonggaran PSBB,” kata Piter saat dihubungi, Minggu (29/11/2020).
Meski penjualan ritel diperkirakan menggeliat pada penghujung 2020, Piter memperkirakan nilai penjualan yang diraup tidak akan menyamai kondisi normal lantaran belanja kelompok menengah ke atas yang masih tertahan. Kelompok ini menyumbang 80 persen dari total konsumsi nasional.
“Konsumsi memang lebih baik dengan kontribusi yang besar, namun tetap lebih rendah. Kami perkirakan konsumsi akan tumbuh minus 1 persen pada kuartal IV secara tahunan,” lanjut Piter.
Baca Juga
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara pun memperkirakan penjualan ritel pada akhir tahun belum akan normal. Sektor ini dia perkirakan membutuhkan waktu dua sampai tiga kuartal untuk kembali pada posisi sebelum pandemi.
“Untuk akhir tahun ada faktor penambahan kasus yang mungkin menahan penjualan. Hal ini bisa membuat masyarakat menahan diri ke tempat belanja. Natal dan Tahun Baru yang jadi momen berbelanja, tapi dalam pandemi spending tidak optimal,” kata Bhima.
Selain itu, dia juga menyebutkan bahwa stimulus yang baru menyasar kelompok menengah ke bawah tidak akan terlalu mendorong penjualan ritel mengingat total pengeluaran kelompok ini hanya menyumbang 17 sampai 20 persen.
Bhima mengemukakan bahwa peluang sektor ritel tetap berada pada penjualan daring seiring dengan bergesernya pola belanja masyarakat.
Seperti dikutip dari data WeAreSocial, Bhima mengatakan bahwa ada pertumbuhan dagang-el Indonesia per Juli telah mencapai 31 persen, jauh di atas rata-rata pertumbuhan global yang berada di angka 17 persen.
“Akan tetapi, perlu dicatat bahwa 95 persen penjualan ritel terjadi di general market, supermarket, dan minimarket,” lanjutnya.